Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kapten Budi Soehardi: Dari CNN Heroes ke Eco Village

Saya tidak khawatir. Kalau kita berniat membantu mereka yang kekurangan, selalu saja Tuhan buka jalan.

Editor: Sigit Sugiharto
Basuki
Budi Soehardi terpilih sebagai CNN Heroes 2009. Ia merupakan salah satu dari sepuluh penerima award, menyisihkan 9.000 kandidat dari 100 negara. 

Budi bersyukur. Katanya, “Kami tidak kekurangan. Kami malah surplus. Kami bisa menjual hasil panen beras, sayur dan buah ke daerah lain. Bahkan, kami bisa berbagi kepada masyarakat sekitar yang kekurangan. Tuhan sudah memberi tanah. Sesuai dengan janji-Nya, jika kami mengolahnya, sekalipun tanah itu kering, kami akan menikmati hasil baik yang tidak pernah mengecewakan.”

Baca: Begini Nasib Terkini Perawat yang Dituding Lakukan Pelecehan pada Pasien

Tidak hanya membekali anak-anak dengan ilmu pertanian, Budi juga mewajibkan anak-anak asuhnya untuk bersekolah. Ia yakin benar, akses pendidikan yang berkualitas merupakan jalan terbaik untuk meretas kemiskinan. Demi menghidupi idenya ini, pada 2013, Budi mendirikan Sekolah Roslin. Di sekolah ini, anak-anak tidak dipungut biaya. Bahkan sekolah menyediakan makanan dan susu gratis bagi para muridnya. “Kami sekarang mengasuh 116 anak. Sebanyak 98 tinggal di PA Roslin Kupang, sementara 18 lainnya bersekolah di Jakarta. Dari anak-anak yang kami asuh, beberapa di antaranya telah lulus dari perguruan tinggi. Ada yang tamat dari kedokteran, keperawatan gigi, pertanian dan IT. Tahun ini, ada 4 atau 5 anak lagi yang akan wisuda sarjana,” ujarnya bangga.

Baca: Hasil Photoshoot Denada Ini Seksi Abis, Netizen: Kok Jadi Gini Ya Mbak

Mengantar anak-anak mengenyam pendidikan setinggi mungkin, sudah menjadi tekad Budi. Tiga tahun lagi, bahkan ada sekitar 20 anak yang akan masuk perguruan tinggi. Dari mana biayanya? “Saya tidak khawatir. Kalau kita berniat membantu mereka yang kekurangan, selalu saja Tuhan buka jalan. Baru-baru ini, bahkan kami menerima sumbangan 153.147 USD dari orang yang tadinya tidak kami kenal,” ungkapnya penuh syukur.

TESABELA ECO VILLAGE

Budi sendiri berprinsip, kelangsungan sebuah pelayanan sosial, seharusnya tidak boleh mengandalkan dari donasi. Donasi itu semacam bonus saja. Itulah sebabnya, sejak awal mendirikan PA Roslin, ia selalu menekankan pentingnya kerja keras dan kemandirian. Demi menghidupi gagasannya, Budi yang pernah meraih CNN Heroes 2009 ini sudah menyiapkan lahan seluas 53 hektar di Desa Tesabela. Budi bermimpi, suatu saat bisa membangun sebuah eco-village yang diberi nama Tesabela Eco Village. “Di sini nanti akan dibangun berbagai pusat kegiatan. Eco village adalah sebuah pusat pertanian dan pendidikan yang diharapkan bisa membantu Kupang memaksimalkan sumber daya mereka agar terbebas dari kemiskinan,” ujarnya bersemangat.

Peggy di tengah panen bayam yang melimpah.
Peggy di tengah panen bayam yang melimpah. (Basuki)

Kupang dalam pandangan Budi sebenarnya memiliki semua potensi untuk tumbuh. Ia percaya, lahan dan kondisi lingkungan Kupang bisa diatasi. Dengan upaya ini, ia bermimpi kelak Kupang dan NTT secara umum bisa menjadi wilayah yang makmur.  Katanya, “Kami sudah membuktikannya. Kami berhasil mengubah tanah berbatu dan tandus menjadi tanah produktif. Saya percaya, kesuksesan ini bisa diduplikasi. Harapan saya, di tanah ini nantinya dapat tercipta lingkungan yang bisa menampung hingga 1.000 anak.”

Anak-anak tersebut, dalam rencana Budi, akan diasuh di asrama berbasis karakter. Generasi-generasi masa depan ini, diperlengkapi baik dalam bidang akademis pun nonakademis. Pendirian lembaga pendidikan formal sudah pasti. Namun, selain itu, Budi juga ingin memperlengkapi eco village-nya dengan pusat pertanian, perikanan, dan eco resort.

Baca: Unggah Foto Pramugari Cantik Ini, Netizen Curiga Andika Kangen Band Pakai Jaran Goyang!

AWALNYA TAK SENGAJA

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana Budi bisa terlibat dalam suatu aksi kemanusiaan yang inspiratif mengagumkan? Ternyata awalnya berangkat dari ketidaksengajaan.

Sore yang nikmat. Kebahagiaan terasa membuncah. Bagi pilot Kapten Budi Soehardi, bisa menikmati kebersamaan lengkap bersama istri dan ketiga buah hati, jelas merupakan momen mewah. Karenanya, untuk mengisi waktu spesial itu, Budi menyiapkan masakan favorit yang seluruh bahannya ia bawa sendiri dari Korea. Namun, ketika sedang asyik bercengkerama, termasuk membincangkan rencana liburan keliling dunia, tiba-tiba tanpa sengaja pandangannya tertumbuk pada sebuah tayangan stasiun televisi swasta yang menyorot penderitaan para pengungsi eks Timor Timor di Atambua.

Budi terhenyak. Tampilan demi tampilan yang tersaji di layar kaca membetot seluruh perhatiannya. Kondisi para pengungsi itu sungguh mengenaskan. Mereka tinggal di bedeng-bedeng berdinding kardus. Ada yang memanfaatkan barang-barang rongsok sebagai penutup gubuk. Pun tidak sedikit yang memakai kain bekas spanduk dan mengikatnya di batang-batang pohon sebagai tempat berteduh.

Di daerah yang sulit air bersih, penyakit kulit biasanya mudah menyerang. Peggy sedang membersihkan bocah yang mengidap sakit kulit.
Di daerah yang sulit air bersih, penyakit kulit biasanya mudah menyerang. Peggy sedang membersihkan bocah yang mengidap sakit kulit. (Basuki)

Bukan hanya tempat tinggal yang tidak layak. Makanan begitu terbatas dan jauh dari higinis. Tidak sedikit ibu-ibu yang terpaksa harus berbagi 1 mie instan untuk seluruh anggota keluarga. Bahkan, mungkin karena laparnya, mereka memunguti rumput krokot (portulaca oleraceae), memasaknya di kaleng-kaleng bekas cat untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved