FGD di Tribun Manado
E-learning Model Belajar Masa Depan
Metode belajar masa depan dengan menggunakan e-learning dan diterapkan pada generasi sekarang pemilik masa depan
Penulis: Ryo_Noor | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Ryo Noor
MANADO, TRIBUN - E-learning itu metode belajar masa depan0. Demikian disampaikan Prof Dr Johanis Ohoitimur MSC, Rektor Unika De La Salle, ketika mengulas E learning dalam FGD Refleksi Akhir Tahun Pendidikan Sulut di Kantor Tribun Manado, Jumat (29/12/2017).
"Sekarang e-learning mulai dipopulerkan pada era disrupsi," kata dia.
E-learning menggunakan aplikasi teknologi ini akan menjadi alat belajar umum.
"E-learning adalah model belajar masa depan yang perlu dikembangkan oleh generasi sekarang. Karena generasi sekarang pemilik masa depan," kata dia.
Dalam era disrupsi, katanya, kita harus menggunakan logika "tomorrow is today ". Artinya, apa yang akan dilakukan di hari esok ditarik untuk dimanfaatkan di masa sekarang.
Hal itu berlawanan dengan logika yang umumnya berdalih apa yang dilakukan di masa lalu, harus dikembangkan di masa depan.
Contoh kasus sederhana, ketika satu anak malas. Guru memberi pengajaran berdasarkan pengalaman sang guru di masa lalu. "Kamu harusnya seperti saya dulu. Kalau kamu lakukan seperti yang saya lakukan dulu, kamu pasti akan bisa menjadi seperti saya sekarang ini," ujarnya.
Tapi, hal itu tidak berlaku saat ini. "Ada istilah zaman now , dimana anak-anak masa kini sudah menggunakan logika tomorrow is today, apa yang terjadi besok itu sudah kita kerjakaan saat ini," katanya
Butuh imajinasi kuat, untuk membuktikan bagaimana anak akan belajar dalam jangka waktu 10-15 tahun ke depan. Itu sebabnya cara belajar e-learning itu perlu diperkenalkan.
Namun, kata Prof Johanis, adanya e-learning itu hanya melengkapi, tidak bisa menggantikan model belajar klasikal yang sudah ada sampai sekarang ini.
Ohoitimur menuturkan, dalam aplkasika teknologi di dunia pendidikan, ia pribadi tidak melarang mahasiswa membawa alat (gadget) ke ruang kelas.
"Ke depan tidak boleh lagi ada pelarangan seperti itu, karena ini akan jadi alat wajib. Tantangannya adalah bagaimana agar alat ini dapat dimanfaatkan secara betul," ujarnya.
Suatu saat, lanjutnya, kertas tak akan ada lagi di ruang kuliah. Guru dan dosen harus menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini, termasuk mulai membiasakan diri dengan cara belajar masa depan.
"Biasanya, kalau ada siswa yang membawa gadget ke dalam kelas, guru menyuruh mereka keluar karena menganggapnya hanya main-main di kelas. Padahal, guru-guru yang tidak update teknologi seperti inilah yang yang justru harus keluar kelas," ujarnya.