Populer
Terlupakan! Pendiri Indonesia ini Terlahir Sebagai Muslim, Berpulang Dengan Injil di Genggaman
Sebaliknya buku sejarah di sekolah memberikan catatan hitam tentang pergerakannya. Kisah perjuangannya
Penulis: Fransiska_Noel | Editor: Siti Nurjanah
Setelah bertobat, Amir pernah mendapatkan kesempatan untuk berkhotbah. Tiap hari Minggu Amir turut berkhotbah.
Khotbahnya selalu menyetuh, dan meneguhkan banyak orang.
Penggaliannya terhadap Injil sangat mendalam. Amir adalah orang yang berpengetahuan tinggi, soal politik dan teologia.
Bahasanya sederhana dan lugas. Amir sebagai seorang orator yang sangat brilian, yang suka membumbui kata-katanya dengan humor, karenanya ia menjadi sangat populer.
Dalam menempatkan diri sebagai orang Kristen di dalam perjuangan kemerdekaan, Amir memiliki prinsip yang radikal.
Salah satu tulisan pendeknya,”Menuju Jemaat Indonesia Asli”, ia menempatkan kontekstualisasi Kekristenan di Indonesia sebagai bagian perjuangan.
Dan dalam berbagai kesempatan Amir menyatakan, “seorang Kristen yang baik dapatlah juga sekaligus menjadi seorang nasionalis yang baik”, hal ini suatu petunjuk tentang sintesa keagamaan dan kebangsaan Amir yang utuh.
Begitulah Amir, setia dalam spiritualitas perjuangannya melawan penjajahan dengan strategi-taktik yang variatif.
Hingga akhir hayat ketika maut datang melalui peluru bangsanya sendiri, ia tetap setia mengumandangkan Indonesia Raya dengan Injil di tangannya.
Ia membuktikan kesetiaannya dengan spirit antiimperialisme dan antikolonialisme sebagai wujud nasionalisme.
Terpenting dari itu, prinsip tersebut secara utuh termanifestasi pada Injil yang tetap ia pegang erat pada akhir hayat.
Pidato D.N. Aidit di dalam sidang DPR, 11 Februari 1957, Aidit mengatakan bahwa: “Amir Sjarifuddin bermarga Harahap dan tidak kalah Kristennya daripada kebanyakan orang Kristen. Ia dieksekusi dengan kitab Injil di tangannya.”
(sumber: inspirroni.blogspot.com)