Sudah Zaman Now, Sulut Masih Koleksi 'Jembatan Lapuk'
Ternyata masih banyak jembatan kayu di Sulawesi Utara. Kebanyakan di antara sarana penyeberangan ini dalam kondisi rusak.
TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Ternyata masih banyak jembatan kayu di Sulawesi Utara. Kebanyakan di antara sarana penyeberangan ini dalam kondisi rusak dan tidak safety (aman) hingga membahayakan nyawa warga.
Jembatan darurat berbahan kayu dan bambu tersebar mulai Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Bolaang Mongondow (Bolmong), Kotamobagu, Minahasa Selatan (Minsel), Minahasa, Minahasa Utara (Minut), dan Kota Manado.
Di sepanjang jalur mulai Desa Poopoh, Kecamatan Tombariri, Minahasa hingga Desa Raprap, Kecamatan Tatapaan, Minsel terdapat beberapa jembatan besi berlantai kayu. Kondisi alas jembatan yang lapuk, membahayakan kendaraan yang lewat.
Di Desa Solimandungan I, Kecamatan Bolaang, Bolmong, ada jembatan gantung yang menghubungkan permukiman penduduk dengan kebun.
Kondisi jembatan memprihatinkan. Kayu sudah lapuk dan berlubang. Warga harus berhati-hati melewati jembatan ini. Salah sedikit saja, bisa jatuh ke sungai. Apalagi mereka yang lewat menggunakan sepeda motor.
Jembatan ini telah mendapat bantuan dari Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow, agar segera perbaiki. Bantuan material sudah ada, sisanya tanggung jawab desa untuk meneruskan. Jembatan ini tak kunjung rampung. Warga mengeluh.
"Padahal jembatan ini menghubungkan ke perkebunan kami. Warga sering bolak-balik. Motor yang lewat sering terperosok di lubang. Kayu sudah lapuk. Ini rusak karena air sungai sering naik," ujar seorang warga, Jumat (24/11/2017).
Sangadi Desa Solimandungan I, Ronald Potabuga yang dihubungi lewat telepon mengatakan, bantuan dari Bupati Yasti memang sudah ada. Namun desa masih terkendala biaya tukang.
"Material sudag ada. Tapi biaya tukang belum ada. Kami mengira ini bantuan langsung jadi, tapi rupanya tidak," ujarnya.
Pemerintah desa tidak bisa mengerjakan jembatan itu tahun ini, karena tak teranggarkan di dana desa. Namun Ronald berjanji akan musyarawah dengan pimpinan desa.
"Nanti akan kami musyawarahkan dengan Badan Perwakilan Desa (BPD) dan masyarakat untuk mengusulkan biaya tukang. Jika disetujui bersama, maka akan dibangun tahun depan," jelasnya.
Tak kalah miris dialami warga sekitar jembatan gantung di Desa Kopandakan II, Kecamatan Lolayan, Bolmong. Mereka menyesalkan lambatnya bantuan perbaikan jembatan yang sempat ambruk karena terpaan banjir bandang di aliran sungai Mengkang pada 17 September 2017.
Tak mau menunggu pemerintah, warga secara swadaya mengumpulkan uang serta bahan untuk membangun kembali jembatan yang menjadi objek vital akses menuju ke perkebunan Onibung.
"Sudah ada sebulan lebih jembatan ini bisa digunakan, dilewati kendaraan roda dua dan sepeda pasca diperbaiki. Dana pembangunan hasil swadaya dari para petani setempat. Mereka mengumpulkan Rp 4 juta," kata Rahman Eda (49), warga Kopandakan II, Jumat sore.
Rahman yang berprofesi sebagai petani ini, menceritakan, sejarah jembatan gantung. Banyak petani menjadi korban derasnya air sungai Mengkang kala meluap.
Seingatnya, jembatan yang kini bermaterikan kayu kelapa, besi delapan dan laberang bekas dibangun pertama pada tahun 1989 dekat bantaran sungai. Pada tahun 2000 rusak diterjang banjir bandang. Semua meterial jembatan terbawa aliran sungai. Kemudian oleh pemerintah dibangun lebih tinggi lagi dan menggunakan tiang sebagai tempat untuk menggantikan material jembatan.
Pada tahun 2006 kembali terkena bencana serupa dan rusak parah lalu dibangun lagi sampai kali ketiga terkena musibah pada September 2017.