Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pierre Tendean di Mata Kakak dan Adiknya: Seandainya Pierre Masih Hidup

Seandainya Pierre Masih Hidup. Pokoknya, semua yang pernah menjadi milik Pierre akan kami simpan sebagai kenang-kenangan.

Editor: Aldi Ponge
Net
Pierre Andreas Tendean 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Siapakah sebenarnya Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean yang menjadi satu dari 7 perwira tinggi TNI AD yang menjadi korban dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S)

Pierre lebih banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai ajudan dari Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution.

Padahal masih banyak kisah menarik dari korban termuda dalam peristiwa G30S tersebut, seperti dituturkan oleh kakaknya Mitzi Farre dan adiknya Ny Roos Jusuf Razak yang pernah dimuat Majalah Intisari edisi September 1989. Berikut kisahnya :

Seandainya Pierre Tendean masih hidup, tahun ini usianya genap lima puluh tahun. Namun, nasib menghendakinya lain. Ia meninggal dalam usia relatif muda.

Kakaknya, Ny. Mitzi Farre, dan adiknya, Ny. Roos Jusuf Razak (sekarang ketua Yayasan Sayap Ibu), tetap menyimpan berbagai kenangan.

Antara lain bahwa Pierre Tendean pernah menjadi pengemudi traktor. Reuni SMA di Jakarta .... Seperti umumnya reuni, banyak sekali kenangan manis yang terungkap.

Dalam kegembiraan itu saya juga bertemu dengan teman-teman Pierre dan tiba-tiba saya merasa sedih.

Seandainya Pierre masih ada .... Tapi Pierre sudah lama pergi dan namanya kini dipakai untuk nama jalan.

Ulang tahun ibu

Tanggal 30 September adalah hari ulang tahun ibu kami. Beberapa hari sebelum tanggal 30 September 1965, Pierre memberi tahu ia tidak bisa pulang ke Semarang untuk merayakan hari itu bersama seluruh keluarga, karena ia harus bertugas sampai siang hari.

Pierre adalah salah seorang ajudan Jenderal A.H. Nasution. Ia berjanji akan pulang bersama suami saya keesokan harinya, tanggal 1 Oktober.

Tanggal 1 Oktober 1965, ketika suami saya datang menjemput ke rumah Pak Nas di Jl. Teuku Umar, ia heran sekali karena banyak tentara berjaga-jaga.

Suami saya bahkan ditodong dengan senjata ketika memasuki rumah Pak Nas. Pierre tidak ada. Kata salah seorang penjaga, Pierre dan Pak Nas sedang pergi bertugas.  

Jadi suami saya pun pulang sendiri ke Semarang. Begitu penuturan Ny. Roos Jusuf Razak, adik Kapten Anumerta Pierre Tendean.

Ternyata hari itu terjadi suatu kudeta oleh PKI, yang kemudian dikenal sebagai G30S/PKI. Beberapa orang jenderal, dan juga Pierre, menjadi korban keganasan mereka.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved