Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pierre Tendean, Muda, Cerdas, Tampan, Pahlawan Revolusi yang Batal Menikah karena Dibunuh

Piere meninggal masih muda dengan berusia 26 tahun. Padahal berencana akan menikah pada November 1965.

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
Net
Pierre Andreas Tendean 

Sebenarnya, 30 September, Pierre sudah menyerahkan tugasnya kepada salah seorang rekannya, karena esok harinya dia akan ke Semarang merayakan ulang tahun ibunya.

Namun Pierre Tendean keburu diculik lantaran dikira sebagai AH Nasution, dan ia tetap dibunuh meskipun telah diketahui bahwa ia bukanlah sang Jendral.

Malam itu, pasukan bersenjata membuat keributan rumah Jenderal Nasution. Pierre terbangun dari tidur di ruang belakang rumah Nazution dan keluar membawa senjata. Namun dia kalah jumlah. Dia pun menyerahkan diri sebagai ganti pimpinnya. Pierre mengaku dirinyalah nasution.

Menjadi tentara sejak awal, sudah menjadi cita-cita dari pria yang bernama lengkap Pierre Andreas Tendean ini. Ayahnya yang seorang dokter sebenarnya menghendakinya mengikuti jejaknya. Namun selepas menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Bagian B di Semarang pada tahun 1958, dia kemudian masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad).

Pierre yang berlatar belakang intelejen ini pernah dikirim ke Malaysia dan Singapura. Dia nyaris ditangkap Tentara Inggris namun dapat bersembunyi dengan menymar sebagai turis asing.

Pierre Andreas Tendean
Pierre Andreas Tendean (net)

Dilansir wikipedia, Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean, lahir pada 21 Februari 1939. Dia mengawali karier militer dengan menjadi intelijen dan kemudian ditunjuk sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution dengan pangkat letnan satu, ia dipromosikan menjadi kapten anumerta setelah kematiannya.

Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kakak dan adiknya bernama Mitze Farre dan Rooswidiati. Pierre mengenyam sekolah dasar di Magelang, lalu melanjutkan SMP dan SMA di Semarang tempat ayahnya bertugas.

Sejak kecil, ia sangat ingin menjadi tentara dan masuk akademi militer, namun orang tuanya ingin ia menjadi seorang dokter seperti ayahnya atau seorang insinyur. Karena tekadnya yang kuat, ia pun berhasil bergabung dengan ATEKAD di Bandung pada 1958.

Dia bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia. Pada 15 April 1965, Pierre dipromosikan menjadi letnan satu, dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution.

Atas jasa-jasanya kepada negara, Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Andreas Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden   RI  No. 111/KOTI/Tahun 1965, pada 5 Oktober 1965. 

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini diakui juga sebagai Pahlawan Nasional.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved