Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pierre Tendean, Muda, Cerdas, Tampan, Pahlawan Revolusi yang Batal Menikah karena Dibunuh

Piere meninggal masih muda dengan berusia 26 tahun. Padahal berencana akan menikah pada November 1965.

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
Net
Pierre Andreas Tendean 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Tak lama lagi bangsa Indonesia akan memperingati peristiwa kelam yang terjadi pada 52 tahun silam.

Bangsa ini hampir tak pernah melupakan peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) atau dikenal G30S PKI

Peristiwa ini sudah menggores luka yang dalam bagi sesama anak bangsa. Bahkan tak sedikit pula korban yang jatuh pascakejadian sadis tersebut. 

Ada 10 perwira TNI-Polri yang menjadi korban pemberontakan PKI. Mereka dibunuh di dua tempat berbeda yakni Jakarta dan Yogyakarta.

Dari sepuluh korban yang dibunuh dalam G30S PKI, nama Lettu Pierre Andreas Tendean harusnya tak masuk dalam daftar penculikan dan pembunuhan.

Piere Tendean yang merupakan Ajudan Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Haris Nasution. Pada 1 Oktober dini hari, ia diculik karena dikira Nasution, lalu dibunuh di Lubang Buaya.

Pierre meninggal masih muda dengan berusia 26 tahun. Padahal berencana akan menikah pada November 1965. Pemuda tampan keturunan Manado ini, rencananya akan mempersunting gadis cantik asal Medan, Rukmini Chaimin.  Gadis itu dikenalnya saat menjadi komandan pleton batalyon zeni tempur Bukit Barisan.

Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin
Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin (net)

Pierre selalu menjadi pusat perhatian para gadis karena wajahnya yang tampan. Jika ada lomba olahraga antar kampus, Pierre sering masuk tim basket. Ini membuat dia dikenal oleh banyak mahasiswi yang menonton.

Bahkan ada ungkapan dari mahasiswi yang mendapat ceramah dari AH Nasution. "Telinga kami untuk Pak Nas, tapi mata kami untuk ajudannya (Pierre)".

Maklum, Pierre adalah anak dari Dokter AL Tendean asal Manado dan Maria Elizabeth Cornet, keturunan Indo-Perancis. Dia bahkan dijuluki "Robert Wagner dari Panorama" oleh gadis-gadis remaja Bandung.

Robert Wagner merupkan actor dan bintang film Amerika Serikat yang terkenal tahun 1960-an. Bumi Panorama, itulah sebutan untuk kampus Akademi Teknik Angkatan Darat.

Untuk mengurangi beban keluarganya, Pierre yang masih kecil giat menanami tanah kosong di sekitar rumahnya. 

Pierre sangat menyayangi anak bungsu atasannya, dia sering memberikan hadiah coklat kepada Ade Irma Suryani.

Sayang, diusianya yang masih sangat muda, ia harus mengalami kejadian tragis.

Dia ditangkap oleh pasukan G30SPKI karena ia disangka AH Nasution. Pierre pun harus mengikhlaskan dirinya menjadi salah satu korban mereka.

Sebenarnya, 30 September, Pierre sudah menyerahkan tugasnya kepada salah seorang rekannya, karena esok harinya dia akan ke Semarang merayakan ulang tahun ibunya.

Namun Pierre Tendean keburu diculik lantaran dikira sebagai AH Nasution, dan ia tetap dibunuh meskipun telah diketahui bahwa ia bukanlah sang Jendral.

Malam itu, pasukan bersenjata membuat keributan rumah Jenderal Nasution. Pierre terbangun dari tidur di ruang belakang rumah Nazution dan keluar membawa senjata. Namun dia kalah jumlah. Dia pun menyerahkan diri sebagai ganti pimpinnya. Pierre mengaku dirinyalah nasution.

Menjadi tentara sejak awal, sudah menjadi cita-cita dari pria yang bernama lengkap Pierre Andreas Tendean ini. Ayahnya yang seorang dokter sebenarnya menghendakinya mengikuti jejaknya. Namun selepas menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Bagian B di Semarang pada tahun 1958, dia kemudian masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad).

Pierre yang berlatar belakang intelejen ini pernah dikirim ke Malaysia dan Singapura. Dia nyaris ditangkap Tentara Inggris namun dapat bersembunyi dengan menymar sebagai turis asing.

Pierre Andreas Tendean
Pierre Andreas Tendean (net)

Dilansir wikipedia, Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean, lahir pada 21 Februari 1939. Dia mengawali karier militer dengan menjadi intelijen dan kemudian ditunjuk sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution dengan pangkat letnan satu, ia dipromosikan menjadi kapten anumerta setelah kematiannya.

Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara, kakak dan adiknya bernama Mitze Farre dan Rooswidiati. Pierre mengenyam sekolah dasar di Magelang, lalu melanjutkan SMP dan SMA di Semarang tempat ayahnya bertugas.

Sejak kecil, ia sangat ingin menjadi tentara dan masuk akademi militer, namun orang tuanya ingin ia menjadi seorang dokter seperti ayahnya atau seorang insinyur. Karena tekadnya yang kuat, ia pun berhasil bergabung dengan ATEKAD di Bandung pada 1958.

Dia bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia. Pada 15 April 1965, Pierre dipromosikan menjadi letnan satu, dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution.

Atas jasa-jasanya kepada negara, Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Andreas Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden   RI  No. 111/KOTI/Tahun 1965, pada 5 Oktober 1965. 

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini diakui juga sebagai Pahlawan Nasional.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved