Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tanpa Retribusi, Monumen Trikora Tak Terawat

Sayangnya kisah sedih tentang nasionalisme di monumen Trikora Bitung tak berhenti di situ. Sekujur tubuh monumen bersejarah itu penuh coretan.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Aldi Ponge
ARTHUR ROMPIS
Pesawat Dakota sebagai bagian dari Monumen Trikora sudah penuh coretan 

Laporan Wartawan Tribun Manado Arthur Rompis

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Ratusan turis mendatangi monumen Trikora Bitung setiap harinya.
Namun pemasukan bagi monumen itu minim.

Hal tersebut karena tiadanya retribusi atau biaya masuk.

Pengunjung bebas masuk, kadang tidak terkendali. Hingga ada yang mencoret serta merusak monumen.

Tak mengherankan  jika monumen itu rusak parah.

Amatan Tribun akhir pekan, monumen Trikora tersebut dalam keadaan memprihatinkan.

Bibir prajurit pejuang Trikora itu dibubuhi cat merah, mirip perempuan dengan lipstik merah di bibirnya.

Pemandangan memiriskan ini ditemui pada diorama perjuangan bangsa Indonesia membebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda yang tergurat pada monumen Trikora di Pulau Lembeh.

Gambaran penuh heroisme berubah menjadi parodi lucu oleh cat mirip lipstik di bibir prajurit itu.

Siapapun yang melakukannya - entah iseng atau sengaja - telah menghina perjuangan bangsa.

Sayangnya kisah sedih tentang nasionalisme di monumen Trikora Bitung tak berhenti di situ. Sekujur tubuh monumen bersejarah itu penuh coretan.

Di puncak monumen, nama Arjun, Sano dan pesan kejuangan Trikora seakan bersanding.

Arjun tergurat pada dinding kanan, Sano pada dinding kiri, mengapit pesan kejuangan pada batu hitam dengan lambang garuda pancasila di atasnya.

Hati niscaya teriris kala melihat pesawat Dakota bersejarah yang dipamerkan di sisi kiri monumen dipenuh coretan seronok.

Bagian bawah baling - baling kanan pesawat bertuliskan "Ikbal". Pada baling baling tergurat tulisan tak beraturan, berwarna biru seperti "Ikbal", ukurannya pun sama besar.

Tulisan paling banyak dijumpai pada bagian bawah pesawat.

Ada nama, nama sekolah serta pesan romantis, ditulis dengan spidol serta pulpen biasa.

Man salah satu warga setempat mengaku miris melihat kelakuan sejumlah remaja di tempat itu.

Sebut Man, mereka sering mencoret - coret monumen.

"Bahkan ada yang hisap lem ehabond hingga melakukan perbuatan mesum," kata dia.

Fasilitas di monumen itu juga rusak parah.

Toilet dalam keadaan rusak parah.

Lantai dan dinding sudah menghitam.

Bau pesing tercium hingga jarak beberapa meter dari toilet.

Dinding monumen sudah kusam.

Diorama perjuangan Trikora yang tergurat pada dinding puncak monumen, sebagian sudah terkelupas.

Salah satunya diorama tentara tepat di bawah Sukarno.

Tentara itu seolah hanya helm serta lengan.

Informasi yang Tribun Manado, retribusi tersebut sempat jalan namun dihentikan pada 2011 lalu.
Alasan pemerintah pusat, Pemko tidak punya payung hukum untuk penagihan retrubusi.

Bertahun tahun lamanya payung hukum itu tak jadi hingga Bitung jadi daerah pariwisata pasca jatuhnya sektor perikanan.

Kadis Pariwisata Bitung Ellen Sutrisno mengatakan pihaknya bakal mencari cara mengatasi hal itu. "Kita sementara cari caranya," kata dia.

Dikatakan Ellen, monumen trikora bakal dikembangkan sebagai objek wisata andalan Pemko Bitung.

Monumen tersebut bakal jadi sentra pelaksanaan Festival Pulau Selat Lembeh (FSPL) Bitung

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved