Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mirip Kisah Titanic, Anton Saksikan Lima Nelayan Melepaskan Diri

ukacita terbit di pelabuhan Navigasi Bitung begitu kapal milik Basarnas yang membawa empat nelayan KM Baku Sayang yang selamat merapat di pelabuhan

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Andrew_Pattymahu
ARTHUR ROMPIS
Korban KM Baku Sayang yang selamat 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG- Sukacita terbit di pelabuhan Navigasi Bitung begitu kapal milik Basarnas yang membawa empat nelayan KM Baku Sayang yang selamat merapat di pelabuhan Bitung, Jumat (25/8) sekira pukul 21.30 Wita.

Puluhan keluarga keempat ABK tersebut bersorak kegirangan, memanggil nama ayah atau anak mereka, lantas memeluk sambil berurai airmata bahagia.

Salah seorang nelayan yakni  Antonius Kabuhung harus ditandu dari kapal menuju mobil ambulans.

Kontras dengan suasana yang meriung itu Anton nampak sedih.
Wajahnya pucat pasi, ekspresinya seperti menahan sakit.Bulir air di matanya menambah kuat aura kesedihan itu.

Pria bertubuh besar ini ternyata belum bisa melepaskan diri dari pengalaman traumatisnya selama tiga hari terombang ambing di lautan.

Dia menyaksikan  kelima anak buahnya melepaskan diri dari rakit saat terombang - ambing di lautan.

Anton dengan segala cara sudah membujuk mereka untuk bertahan, menyebut keluarga hingga kebesaran Tuhan. Namun para nelayan telah lemas dan putus asa hingga memilih melepaskan diri dan Anton melihat para nelayan tenggelam dengan hati tersayat - sayat.

"Senin sore seorang ABK meminta izin untuk melepaskan diri, saya sudah bujuk agar bertahan, namun ia katakan sudah tak sanggup, katanya pesan saja pada keluarga tolong doakan saya," kata dia dengan mata berkaca - kaca kepada Tribun Manado Jumat (25/8) sekira pukul 21.30 Wita di atas kapal Basarnas.
Ternyata peristiwa tragis itu barulah awal. Pukul delapan malam,

seorang nelayan kembali melepaskan diri dari rakit.Hal tersebut diikuti seorang nelayan lagi pada keesokan paginya.Nelayan itu, sebut dia, meninggal tak jauh dari rakit dan tenggelam.

"Pedih rasanya," kata dia.
Dua peristiwa itu membuat Anton gigih menguatkan nelayan yang lain.

"Saya katakan kita punya keluarga, di saat lain, jangan takut berdoa saja pada Tuhan dialah pemilik kehidupan ini," kata dia.

Sengatan udara panas,  hantaman gelombang tanpa  asupan makanan membuat kondisi mereka kian drop.

Malamnya, dua nelayan kembali minta izin untuk melepaskan diri.Anton menyaksikan keduanya hilang dalam kegelapan.

Beberapa jam kemudian, seorang nelayan lagi minta melepaskan diri.  Sekujur tubuhnya penuh gigitan ikan.

Sang nelayan agaknya paham nestapa si kapten hingga memerlukan memohon maaf sebelum melepaskan diri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved