Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jatuh Bangun Peltu Junaidi Eko S Bermula dari Bertani

Karena kekurangan anggaran untuk hidup, Peltu Junaidi kemudian mencoba peruntungan dengan menanam cabe keriting.

Penulis: Handhika Dawangi | Editor:
TRIBUNMANADO/HANDHIKA DAWANGI
Peltu Junaidi Eko S, (45) bersama istri Dian Kristanti (40), saat memasak bebek di Rumah Makan Miliknya Bebek Mba Tia, Rabu (19/7) di Teterusan Mapanget, Mapanget, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. 

Laporan wartawan Tribun Manado Handhika Dawangi

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - "Kalau berusaha jangan pernah takut untuk memulai. Usaha butuh keberanian. Modal itu bukanlah uang tapi keberanian.

ITULAH yang menjadi pedoman bagi Peltu Junaidi Eko S, (45) bersama istri Dian Kristanti (40) saat memulai usahanya di Kota Manado.

Anggota Angkatan Laut asal Medan ini memulai hidupnya bersama istri di Kota Manado pada tahun 2000, saat ia dipindahtugaskan dari kampung halaman istrinya Surabaya.

Karena kekurangan anggaran untuk hidup, Peltu Junaidi kemudian mencoba peruntungan dengan menanam cabe keriting. Sebanyak 1000 pohon ia coba tanam namun gagal total, karena ia baru belajar bertanam.

"Pada tanggal 18 Agustus 2000 pukul 12.00 wita merupakan hari yang tidak akan pernah saya lupakan. Saat itu saya bersama istri nggak makan. Karena memang belum punya uang sama sekali. Saat itu kami hanya tinggal di gubuk yang kami buat sendiri. Kalaupun bisa kami hanya makan ubi hingga tanggal 1," ujar dia.

Berawal dari kejadian itu, anggota AL yang kini bertugas di Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Manado pun bertekad untuk menekuni bidang pertanian. Dia terus mencoba menanam cabe.

Dua tahun kemudian masih belum ada hasil. Ia pun tidak menyerah. Terus mempelajari cara menanam cabe. Hingga pada 2003 barulah dia merasakan hasilnya.

Hasil 2500 pohon ia panen, uang hasil penjualan cabe tersebut langsung ia belikan mobil Panther yang waktu itu harganya Rp 35 juta. "Saya beli untuk antar cabe," ujar dia.

Setelah itu, Junaidi kemudian menjadi penyuluh. Banyak mengajari masyarakat di sekitar rumah makannya di Kompleks Bandara Sam Ratulangi.

"Dulu disini sangat rawan. Namun setelah banyak preman yang saya ajari menanam cabe, kerawanan akhirnya berkurang. Banyak yang sudah bertani," ujarnya.

Silih berganti banyak orang yang ia ajari cara menanam cabe. Menjadi penyuluh gratis di seluruh Sulut hingga pulau Melonguane

Hingga pada tahun 2006 ia memberanikan diri membuka usaha toko pertanian.

"Saya buka toko, dengan uang hasil penjualan semua perhiasan termasuk cincin kawin. Semuanya ada Rp 5 juta. Uang Rp 1.7 juta untuk sewa tempat, sisanya untuk modal usaha. Saya buka usaha tersebut karena banyak petani disana yang minta," ujar dia.

Tidak berhenti disitu, kemauan Junaidi untuk berusaha terus ada.

Pada tahun 2010 ia kemudian membuka rumah makan bebek.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved