Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Banyak yang Menolak Saat Diajak Mensalatkan Jenazah Kolor Ijo, Mengapa?

Belasan pria yang hadir di ruang seukuran lapangan pingpong itu diam. Mereka saling berpandangan.

Editor:
net
Ilustrasi 

Usai dikafani, satu petugas DVI mengajak yang lain untuk menyalatinya.

Tapi, lagi-lagi orang di ruangan itu ogah.

Akhirnya, hanya petugas paling tua di ruangan itu yang berdiri menghadap kiblat, mengangkat takbir untuk jenazah berbalut kafan.

Setelah disalati, seorang petugas mengingatkan.

“Eh, kayaknya belum-pi diformalin itu mayatnya. Ini mau dibawa perjalanan 12 jam ke Malili, bos!”

Koordinator petugas ruangan DVI Andy pun mengambil dua botol plastik zat pengawet, formalin.

Di ujung bawa selang, jarum suntik laiknya infus disuntikkan ke tangan yang menonjol.
Kain kafan tak dibuka.

Cairan pengawet itu diteteskan laiknya infus sekitar 25 menit.

Saat proses formalisasi itu, fotografer Tribun pun bertanya kepada Kepala Lapas Klas I Makassar, Marasidin Siregar, “Mau dibawa kemana ini jenazahnya, Pak.”

Sontak saja, Kalapas yang didampingi Kakanwil Kemenkum HAM Sulsel, Sahabuddin Kilkoda, serta empat petugas lapas lainnya, menjawab spontan.

“Yaa, bawa pulang ke kampungnya, masak saya mau penjarakan mayat lagi, saya mau simpan dimana, ini sekarang sudah full,” katanya dengan mimik berkelakar.

Sekitar pukul 23.30 wita, saat dua botol cairan formalin sudah masuk ke jenazah "Kolor Ijo", pria beranak dua itu dibawa masuk kabin belakang ambulans.

“Ini perjalanan 12 jam ke Malili,” kata supir ambulans, yang didampingi satu paramedik Rumah Sakit Wotu.
Bye-bye, selamat jalan "Kolor Ijo". (tribun timur/sanovra jr/ivan ismar/zil)

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved