Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Curhat Penambang Tatelu Lolos dari Maut: Melatih Untuk Mati

"Memang musibah beberapa waktu lalu memberikan pelajaran berharga bagi saya, untuk lebih berhati-hati."

Penulis: | Editor: Fransiska_Noel
FOTOGRAFER TRIBUN MANADO/LINTANG ADITYA ABIMANYU
Penambang asal Tasikmalaya tak kuasa menahan tangis usai dievakuasi dalam keadaan selamat usai terjebak dalam lubang tambang sedalam 45 meter di kawasan tambang rakyat Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara-Sulawesi Utara. (TRIBUNMANADO/LINTANG ADITYA ABIMANYU 

"Waktu itu untuk pulang saya dikasih sama teman, yang ketika itu teman saya lubangnya terdapat banyak emas," ungkapnya.

Sedangkan untuk di Manado menurut dia, hanya menggali saja, dengan dibayar upah Rp 55.000 per karung. Bersama dengan 20 temannya per hari bisa sampai 30 karung. Namun jika batuannya keras, per hari hanya sekitar 15 karung saja.

"Saya tidak tahu di dalamnya ada emas atau tidak, yang jelas dibayarnya per karung," katanya.

Namun per bulan pendapatannya bisa dirata-ratakan sekitar Rp 3.500.000-Rp 4.000.000.

Jumlah tersebut disyukurinya, karena bisa untuk mengirimkan kepada keluarganya di Tasikmalaya Rp1.000.000-Rp2.000.000 per bulan. Sedangkan sisanya untuk biaya sehari-hari di tambang.

Saat ini dirinya merasa bersyukur berada di Manado, sebab untuk datang dan pulang, biayanya ditanggung oleh pemilik tambang.

Begitu juga ketika sakit atau keluarga sakit ditanggung oleh pemilik tambang. "Jadi, bekerja disini tenang," katanya.

Untuk bekerja menurut dia, terdiri dari dua sif, yaitu pagi dari pukul 8.00-15.00 Wita dan malam pukul 20.00-2.00 Wita.

"Setiap hari saya selalu menelepon keluarga di rumah, sekedar melepas rindu sama istri dan anak," tuturnya.

Dia tak tahu sampai kapan akan menjadi penambang, meski pekerjaanya saat ini risikonya cukup tinggi.

Sebab kemilau emas belum pernah dirasakannya. Pekerjaannya saat ini hanya cukup untuk menghidupi keluarganya sehari-hari.

"Memang ada tan saya yang kaya raya dari hasil tambang, bisa membeli segalanya. Namun kalau saya hanya untuk makan dan sekolahkan anak saja," katanya.

Untuk beralih ke profesi lain, belum pernah terpikirkan olehnya, karena keahliannya hanya ditambang. Meskipun menjadi penambang sepertinya istilahnya "melatih untuk mati".

"Dikampung saya juga susah mencari pekerjaan, jadi mau bagaimana lagi. Yang penting pekerjaan ini halal," katanya.(erv)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved