Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Permudah Akses Warga, Pemkab Bolsel Bangun Jembatan Gantung di Desa Mataindo

"Masyarakat rata - rata memiliki kebun diseberang sungai, jadi membutuhkan jembatan penyeberangan," kata Ridwan, Sangadi Mataindo.

Penulis: | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO/FELIX TENDEKEN
Jembatan gantung 

Liputan Wartawan Tribun Manado, Felix Tendeken

TRIBUNMANADO.CO.ID, MOLIBAGU - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), terus memperhatikan kebutuhan masyarakat Desa, terutama dalam pembangunan infrastruktur.

Hal tersebut dibuktikan dengan selesainya pembangunan Jembatan Gantung Merah (JGM) di Desa Mataindo.

Pembangunan jembatan sepanjang 54 meter yang menghabiskan anggaran daerah sebesar Rp 496 juta ini bukanlah tidak ada alasannya. 

"Masyarakat rata - rata memiliki kebun diseberang sungai, jadi membutuhkan jembatan penyeberangan," kata Ridwan, Sangadi Mataindo, Jumat (20/1) dikantornya.

Ridwan menuturkan pada tahun 2015 silam pernah diusulkan dalam Musrenbang Desa dan Kecamatan, sesuai dengan keluhan masyarakat.

Namun karena terkendala anggaran, maka pembangunan dilangsungkan pada tahun 2016 dengan dasar anggaran ADD yang baru.

Pembangunan JGM dipastikan sudah melalui proses verifikasi dan musyawarah dengan pihak konsultan. Kemudian dipertimbangkan konsep pembangunan dan rangka konstruksi.

"Mereka mengiakan dengan berbagai pertimbangan. Diantaranya Desa ini sering banjir jika hujan turun lebat,"kata Ridwan.

Ridwan mengaku potensi banjir sangat besar terjadi di daerahnya. Itu pun ketika masuk pada perubahan bulan. Mulai pada bulan Juni - Agustus, dan akan berakhir pada bulan September.

Di bulan - bulan tersebut, masyarakat yang memiliki kebun diseberang sungai akan kesulitan untuk menyebrang dan mengeluarkan hasil pertaniannya.

Bahkan ada juga yang nekat menyeberang meski tahu sebagian hasil pertanian akan hanyut terbawa arus sungai.

"Desa kami diapit dua sungai besar, dan terkenal rawan banjir,"kata Sangadi.

Kata dia semangat pembangunan juga datang dari masyarakat Desa, yang sadar dan mau ikut gotong royong membuat jalan perkebunan menjadi mulus mudah dilalui.

Padahal sebelumnya petani takut pulang malam hari, apalagi jika hujan turun lebat. Mereka memilih untuk bermalam diperkebunan sambil menunggu pagi datang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved