Masyarakat Harus Teliti Label Kemasan
Hal ini karena tingkat konsumsi gula, garam dan lemak berlebih masyatakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.
Penulis: | Editor: Fransiska_Noel
Laporan Wartawan Tribun Manado, Herviansyah
TRIBUNMANADO, MANADO - Masyarakat saat membeli makanan kemasan harus memperhatikan label makanan, karena hal tersebut cukup penting untuk mengetahui komposisi dari makanan tersebut.
Demikian dikatakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak menular Kementerian Kesehatan, DR Lily S Sulistyowati dalam Media Workshop Cermati konsumsi Gula, Garam, Lemak (GGL) dan Baca Label Kemasan Makanan, Rabu (3/8/2016).
Sulistyowati menambahkan masyarakat umumnya hanya memperhatikan label pada makanan kemasan terlait label halal sebesar 36,5 persen, waktu kadaluarsa sebesar 34,9 persen, nama produk sebear 20,6 persen, komposisi makanan 7,9 persen padahal yang tak kalah pentinnya adalah membaca informasi nilai giji yang ada label makanan kemasan.
Menurut dia informasi pada label kemasan serkurang-kurangnya berisi nama produk pangan olahan, daftar bahan atau komposisi yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan kode produksi, tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa, nomor pendaftaran, asal-usul.
Bahan pangan tertentu, ING dan klaim. Zat gizi yang wajib dicantumkan meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total dan natrium.
Hal ini karena tingkat konsumsi gula, garam dan lemak berlebih masyatakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.
Sebanyak sebanyak 26,2 persen penduduk Indonesia mengkonsimi garam berlebih, naik dari tahun 2009, yakni 24,5 persen dan lemak berlebih 40,7 persen naik dari tahun 2009, yakni 12,8 persen.
Oleh karena itu, untuk mengurangi peningkatan angka prevalensi penyakit tidak mmenular, edukasi mengenai diet dan gizi seimbang, termasuk didalamnya mengenai pengaturan konsumsi gula, garam, lemak dan calavel makanan penting dilakukan.
"Di Sulut prevalensi obesitas tertinggi di Indonesia, yaitu 24,1 persen dibandingkan dengan nasional hanya 15,1 persen," ungkapnya.
Untuk itu kementerian Kesehatan IR menyambut baik inisiatif dari Nutrifood untuk bersama melakukan edukasi pengaturan konsumsi gula, garam, lemak dan pentingnya baca label makanan kemasan.
Edukasi kepada masyarakat merupakan salah satu upaya untu menurunkan angka kejaidan penyakit tidak menular yang disebabkan oleh konsumsi gula, garam, lemak berlebih.
"Kami berharap program edukasi ini dapat membantu masyarakat lebih bijak memilih makanan yang dikonsumi," ungkapnya.
Sedangkan Head of Nutrifood Research Center, Susana mengungkapkan Nutrifood secara inovatid menginspirasi dan membantu setiap individu untuk mencapai keseimbang hidup, dengan menjallankan pola hidup sehat yang menyenangkan. Satu di antaranya upaya ang dilakukan adalah memalui edukasi.
"Kali ini mengenai cermat konsumsi gla, garam dan lemak dan baca lebel kemasan makanan. Kami berharap program edukasi ini dapat meningkatkan kecermatan masyaarakat terhadap makanan yang dikonsumsi," ungkapnya.