Hebat! Kartini Tangguh Asal Manado, Jadi Nelayan Hingga Tukang Ojek
Sebagai perempuan, rasa takut akan malam ditambah udara dingin tetap menghinggapi kala berada di tengah laut.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
Sedang asyik memancing, tiba tiba muncul angin disertai ombak menghantam perahunya. Dia pun panik dan bahkan menangis.
"Bersyukur Tuhan masih memberikan pertolongan. Ada nelayan lain yang melihatnya dan langsung memberikan pertolongan. Saya naik ke perahunya, kemudian perahu saya yang terbalik ditarik sampai ke darat," kenang Uto yang sudah enam tahun menjadi nelayan ini.
Kisah perjuangan perempuan lainnya datang dari Yuke Mariana Lua (30), warga Singkil II Lingkungan III, Manado.
Sehari-hari dia menjadi tukang ojek. Order pun berdatangan melalui ponselnya. Seperti kemarin, saat tengah asyik sarapan, dia menerima pesanan mengantar penumpang lewat ponselnya.
"Kita mo antar langanan dulu, nda lama, kita balik lagi," ujarnya kepada Tribun Manado.
Tak berselang lama kemudian, motor matic Yamaha yang dia gunakan mengais rejeki bersandar di sisi rumah. Dia yang mengenakan sarung tangan, jaket dan helm turun dari motornya.
"Nda lama to, cuma ada antar di pasar Tuminting " ujarnya sambil membuka jaket, helm dan sarung tangan.
Kemudian ia bercerita dengan singkat mengenai aktivitasnya tiap hari. Setiap pukul 05.00 Wita dia bangun lalu mengantar langganan anak sekolah dan kembali ke rumah untuk mengantar anak sendiri ke sekolah.
Setelah itu dia pergi ke pangkalan ojek yang berada di dekat kantor Kebersihan Kota Manado. "Sambil menunggu penumpang, kami biasanya bercerita tentang perkembangan ekonomi Indonesia " ujarnya
Ia mengatakan, pendapatan yang diperoleh cukup untuk kehidupan sehari-hari, baik makan maupun biaya sekolah anak, bahkan membayar angsuran motor. "Pendapatan saya tiap hari Rp100.000, kalau sunyi biasanya Rp 60.000" ujarnya
Bahkan dia mengaku pernah sekali antar penumpang ke Bitung dapat uang Rp 150.000.
Pengalaman dukanya? Yuke mengaku, sewaktu mengantar penumpang, hujan deras mengguyur dan dia sudah tak kuasa menahan setir motor.
Saat itu motor tergelincir. Bersyukur saat itu jatuh di rerumputan sehingga tak menimbulkan luka serius. "Saat itu dapat bayaran Rp 50.000 dari penumpang," ungkapnya.
Pengalaman ini tak membuatnya kapok. Justru dia bekerja semakin semangat sehingga mampu membayar cicilan tiga motor. (Tribun Manado/Vendy Lera)