Hebat! Kartini Tangguh Asal Manado, Jadi Nelayan Hingga Tukang Ojek
Sebagai perempuan, rasa takut akan malam ditambah udara dingin tetap menghinggapi kala berada di tengah laut.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Kartini telah menginspirasi perempuan Indonesia untuk terus berkarya demi meraih hidup lebih baik.
Jarum jam menunjuk pukul 11.00 Wita. Rabu siang itu, air laut dan sungai di Tumumpa sedang surut. Ceceran lumpur pun di sana-sini.
Banyak perahu tambat di pinggiran. Sejumlah nelayan terlihat sibuk membersihkan perahu.
Satu di antara nelayan yang sibuk itu adalah Fitria Uada. Perempuan 31 tahun yang tercatat sebagai warga Tumumpa II Lingkungan IV Tuminting Manado itu terekam mata begitu bersemangat kerja.
Ditemani sang suami, Uto--demikian Fitria biasa disapa warga sekitar, yang mengenakan kaos putih dipadu celana jeans dengan rambut diikat membuang kotoran yang menempel di perahu kecilnya.
Perahu yang menjadi sumber kehidupan Uto itu sudah terlihat usang. Catnya mulai terklupas akibat air garam, sema-semanya yang terbuat dari bambu mulai rapuh.
Di dalam perahu terlihat mesin ketinting, senar, mata kail, plastik pelindung jika terjadi hujan, lampu kode di bagian kemudi perahu, jangkar serta dua buah dayung.
"Perahu ini kami beli dengan susah payah. Walau kelihatan sudah tua, untuk bisa membelinya harus mengumpulkan uang bertahun-tahun," ungkapnya.
Perahu itu dia gunakan untuk memburu ikan di tengah laut. Biasanya, dia turun melaut dari jam tiga sore sampai jam enam pagi.
Menurutnya, alat pancing dan bekal makanan menjadi dua hal yang tidak boleh tertinggal. Dia memancing di kawasan Molas dan paling jauh melempar senar pancingnya di depan Pulau Manado Tua.
Uto mengaku, pekerjaan ini dilakukan untuk mengangkat derajat ekonomi keluarganya. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, uang hasil penjualan ikan digunakan untuk membiayai sekolah anaknya.
Sebagai perempuan, rasa takut akan malam ditambah udara dingin tetap menghinggapi kala berada di tengah laut.
Apalagi kadang-kadang, tak ada ikan yang memakan umpannya hingga membuat dirinya tertidur di tengah laut.
Namun, lanjut dia, kalau umpannya dimakan ikan, semuanya rasa takut dan capek hilang,
semua itu terbayar.
Uto pun menyisipkan kisah pengalaman pahitnya terempas di tengah laut. Saat itu, laut kelihatan tenang.
Sedang asyik memancing, tiba tiba muncul angin disertai ombak menghantam perahunya. Dia pun panik dan bahkan menangis.
"Bersyukur Tuhan masih memberikan pertolongan. Ada nelayan lain yang melihatnya dan langsung memberikan pertolongan. Saya naik ke perahunya, kemudian perahu saya yang terbalik ditarik sampai ke darat," kenang Uto yang sudah enam tahun menjadi nelayan ini.
Kisah perjuangan perempuan lainnya datang dari Yuke Mariana Lua (30), warga Singkil II Lingkungan III, Manado.
Sehari-hari dia menjadi tukang ojek. Order pun berdatangan melalui ponselnya. Seperti kemarin, saat tengah asyik sarapan, dia menerima pesanan mengantar penumpang lewat ponselnya.
"Kita mo antar langanan dulu, nda lama, kita balik lagi," ujarnya kepada Tribun Manado.
Tak berselang lama kemudian, motor matic Yamaha yang dia gunakan mengais rejeki bersandar di sisi rumah. Dia yang mengenakan sarung tangan, jaket dan helm turun dari motornya.
"Nda lama to, cuma ada antar di pasar Tuminting " ujarnya sambil membuka jaket, helm dan sarung tangan.
Kemudian ia bercerita dengan singkat mengenai aktivitasnya tiap hari. Setiap pukul 05.00 Wita dia bangun lalu mengantar langganan anak sekolah dan kembali ke rumah untuk mengantar anak sendiri ke sekolah.
Setelah itu dia pergi ke pangkalan ojek yang berada di dekat kantor Kebersihan Kota Manado. "Sambil menunggu penumpang, kami biasanya bercerita tentang perkembangan ekonomi Indonesia " ujarnya
Ia mengatakan, pendapatan yang diperoleh cukup untuk kehidupan sehari-hari, baik makan maupun biaya sekolah anak, bahkan membayar angsuran motor. "Pendapatan saya tiap hari Rp100.000, kalau sunyi biasanya Rp 60.000" ujarnya
Bahkan dia mengaku pernah sekali antar penumpang ke Bitung dapat uang Rp 150.000.
Pengalaman dukanya? Yuke mengaku, sewaktu mengantar penumpang, hujan deras mengguyur dan dia sudah tak kuasa menahan setir motor.
Saat itu motor tergelincir. Bersyukur saat itu jatuh di rerumputan sehingga tak menimbulkan luka serius. "Saat itu dapat bayaran Rp 50.000 dari penumpang," ungkapnya.
Pengalaman ini tak membuatnya kapok. Justru dia bekerja semakin semangat sehingga mampu membayar cicilan tiga motor. (Tribun Manado/Vendy Lera)