Bisnis Kembang Api di Manado, Tahun Ini Djoni Target Jual Rp 2 Miliar
Tidak sembarang orang bisa menjadi distributor dan pedagang kembang api. Sebab, mereka harus mengantongi izin.
Penulis: | Editor:
Laporan wartawan Tribun Manado Valdy Suak
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Menjelang Natal 2015 dan Tahun Baru 2016, pedagang kembang api mulai bermunculan di Kota Manado.
Bahkan belakangan ini sesekali sudah terdengar letusan dari kembang api yang dimainkan oleh warga.
Tidak sembarang orang bisa menjadi distributor dan pedagang kembang api. Sebab, mereka harus mengantongi izin. Tidak tanggung- tanggung, izin itu hanya dikeluarkan oleh kepolisian.
Satu pedagang yang mengaku mengantongi izin tersebut adalah Djony Pontoh. Dia memiliki toko di Kawasan Marina Plaza M Walk Manado.
Menurut Djony, tahun ini ia menyiapkan 50 ribu pack kembang api untuk dijual. "Semua kembang api sudah ada di gudang. Dalam waktu dekat akan datang lagi untuk beberapa item lagi," katanya, Kamis, (19/11).
Ia yang baru tahun kedua menjual kembang api ini mengaku, prospek usaha tersebut sangat menjanjikan.
"Tahun ini saya targetkan laku 20 ribu pack. Tahun lalu hasil penjualan mencapai ratusan juta rupiah. Kalau tahun ini saya target mencapai Rp 2 miliar," ujarnya penuh optimis.
Menurutnya, menjual kembang api juga tak seperti barang lain. "Ini bukan kue jadi tidak basi. Dari pengalaman saya, kembang api bisa tahan sampai 3 tahun, asalkan tidak berada di tempat yang lembab," akunya.
Untuk usaha menjual kembang api, ia mengaku juga mengurus izin di kepolisian. "Saya tidak berani menjual kalau tidak memiliki ijin, setiap tahun saya melapor dan urus ijin," katanya.
Cara pengurusan izin menurutnya kali pertama diurus oleh importir yakni perusahaan kembang api yang berada di Jakarta.
Selanjutnya saat kembang api dikirim ke daerah, harus kembali mengurus izin di kepolisian setempat.
Saat ini, ia menyediakan 25 item kembang api yang didatangkan langsung dari China. "Tapi saya tidak pergi ke China, importir kami yang di Jakarta yang impor dari China, kemudian dikirimkan kepada kami," katanya.
Ia mengaku untuk kembang api ukuran besar hanya berasal dari China, sedangkan yang kecil dari Indonesia.
Yang paling murah dijual saat ini adalah jenis pop-pop dengan harga Rp 4.750 ribu per pack. Sedangkan yang paling mahal yakni bing-bang atack seharga Rp 1.265.000.
Tidak puas, Djony mengaku akan mendatangkan kembang api jenis cake yang dibanderol dengan harga belasan juta rupiah.
"Mungkin dalam waktu dekat ini saya akan ambil kembang api jenis cake. Harganya belum bisa dipastikan, yang jelas belasan juta rupiah. Tapi saya ambil tidak banyak, tergantung pesanan, karena kebanyakan kembang api itu hanya dipakai untuk event," tambahnya.
Untuk saat ini, tipe yang paling banyak diburu adalah jenis dino seharga Rp 30.000 per pack dan roman candle seharga Rp 22.500 per pack.
Dia memperkirakan, puncak pembeli menyerbu toko kembang api pada 31 Desember mendatang.
"Saya akan buka resmi pada November sampai Januari. Kalau sekarang yang banyak datang adalah pedagang eceran. Soalnya harga di tempat saya paling murah di Manado, jadi banyak yang cari," katanya.
Sementara itu pedagang kembang api kaki lima yang menjual secara eceran mulai mempersiapkan diri.
Rinto Hasin misalnya, saat berjumpa dengan Tribun Manado di toko kembang api, ia mengaku mulai mencari tempat strategis untuk menjual.
"Sudah 5 tahun saya jualan kembang api, biasanya di sekitar TKB," katanya.
Sebagai penjual eceran, ia mengaku hanya menjual kembang api yang relatif murah yang bisa dijangkau kalangan menengah ke bawah.
"Paling mahal biasanya Rp 200.000. Kalau yang murah dijual eceran seharga Rp 3.000," katanya.
Ia mengaku dari pengalaman setiap tahun bisa dapat untung Rp 10 juta. "Meski untung besar tapi ini cuma musiman, jadi tidak bisa bergantung menjual kembang api," akunya.
Untuk menjadi penjual eceran, ia mengaku harus menyiapkan modal cukup besar. "Modal untuk jualan cukup besar, setiap tahun saya siapkan modal Rp 20-25 juta," ungkapnya