Tragedi Kebakaran Inul Vizta Manado
Detik-detik Dramatis Saat Pengunjung Inul Vizta Bertarung dengan Maut
Suasana ketika itu sangat mencekam, banyak yang teriak-teriak histeris. Hal sama kembali terjadi, ruangan jadi sesak menghabiskan oksigen.
Penulis: Alexander_Pattyranie | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Saat sedang asik nyanyi di tempat Karaoke Inul Vizta Family KTV Megamas, Manado, Minggu dini hari, tiba-tiba asap mulai masuk dari celah pintu.
Itulah gambaran kejadiannya kata Sulistiyanto (35), warga Perumahan Griya Paniki Indah (GPI) Mapanget saat ditemui di Kelas I Kamar B1 Rumah Sakit Umum Pusat Prof Dr RD Kandou Malalayang Manado, Selasa (27/10).
"Saat itu baru tiga lagu yang diputar. Saya sedang duduk, tiba-tiba seorang teman yang sedang bernyanyi teriak ada asap masuk," ujar Sulistiyanto.
Dia mengaku bersama enam teman lainnya yang kebetulan tempatnya dekat tangga, langsung turun. Namun, saat keluar sudah sangat banyak asap.
"Kami terkejut di luar sangat banyak asap. Kelima teman saya keluar duluan. Saya dan teman mencoba ikut," tambah dia.
Tiba-tiba menjadi gelap gulita, listrik padam. Baru sampai di pintu, pengunjung dari ruangan lainnya yang panik mendorong mereka masuk kembali ke dalam ruangan.
Mereka pun menutup pintu."Karena di luar berasap tebal, jadi bertahan di dalam ruangan untuk bernapas," tambah Sulistiyanto yang mencoba mengingat kembali peristiwa nahas itu.
Dalam keadaan gelap, Sulistiyanto bersama temannya membuka pintu mencoba meloloskan diri.
Namun, baru sekitar dua meter dari ruangan, napas menjadi sesak dan udaranya terasa sangat panas.
Keduanya pun kembali ke ruangan untuk bertahan. Tak lama kemudian asap mulai banyak dalam ruangan, oksigen pun habis.
"Saya dan teman pun memutuskan untuk keluar. Jarak pandang hanya sekitar satu meter. Napas sesak dan sangat panas, terpaksa kami masuk room lain lalu menutup pintu," kata dia lega.
Di ruangan itu, mereka bernapas bebas. Namun baru sekitar tiga menit, pengunjung yang panik di ruangan tadi ikut bergabung juga di ruangan mereka.
Suasana ketika itu sangat mencekam, banyak yang teriak-teriak histeris. Hal sama kembali terjadi, ruangan jadi sesak menghabiskan oksigen.
Akhirnya Sulistiyanto bersama rekannya berkali-kali mencoba untuk turun ke lantai bawah, namun selalu gagal.
"Baru berjalan sekitar dua meter, napas jadi sesak," terang Sulistiyanto.
Akhirnya mereka kembali ke ruangan itu. Tiba-tiba ada teriakan dari luar bagian bawah. "Api sudah padam, sudah tak panas lagi," kata dia menirukan teriakan tim penyelamat.
Seingatnya, ia langsung mengajak rekannya berlari belok ke kiri lorong. "Tau-tau kelihatan ada cahaya, ada orang mau menolong sampai menuruni anak tangga hingga ke lantai dasar. Mereka tim penolong," tambah dia.
Setiba di luar bangunan, ia bersama temannya duduk. Namun karena masih sulit bernapas ia mencari minum dan ketemu dua teman ruangannya yang turun duluan.
Kemudian, bersama-sama naik mobil temannya lalu dibawa ke Rumah Sakit Siloam. Lalu dia dirujuk ke Malalayang.
Saat ditemui Tribun Manado, ia mengenakan kaos biru bersama celana pendek hitam, sendirian dan masih terpasang selang infus di lengan kanannya.
Ia mengaku tidak lagi menggunakan alat bantu pernapasan. Namun, hingga saat ini bila batuk, lendrinya masih berarang.
"Keluarga saya di Jawa, tapi mereka sudah tahu kondisi saya. Tadi teman-teman saja yang besuk," beber dia. Sementara, keenam rekannya sudah sembuh dan pulang ke rumah.
Terpisah, Steven Manopo (27) warga Manado yang tinggal di Perumahan GPI, terbaring lemah di ICU Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.
Kedua lengan dan bagian punggung melepuh akibat panas ruangan yang terbakar.
Di bagian mulut masih terpasang alat bantu pernapasan dan di lengan kiri terpasang infus. Kedua lengannya dibalut dengan perban. Jari-jari tangannya tampak bengkak oleh cairan.
Steven ditemani ibunda dan neneknya di ruangan itu. "Seorang teman mereka pada awal November akan melepas lajang. Abis makan-makan, langsung ke Inul (Vizta), mereka berjumlah tujuh orang," ujar Ibundanya tak ingin namanya dipublikasikan.
Mereka bertujuh antara lain Brayen Sendow Wowor, Oktavianus Tampi, Trivena, Steven, Yani Langi, Meyer, serta Rico.
"Ketika itu saya di Palu Sulawesi Tengah, teleponan sama dia (anaknya). Sekitar setengah dua dini hari, dia telepon balik kabarin kena kebakaran," ingat Bunda.
Ia juga mengesalkan tidak satupun pihak Inul Vizta datang menjenguk.
"Kami juga perlu biaya. Saat ini, kaki kirinya sobek saat menjebol kaca. Semoga anak kami cepat sembuh," harap Bunda.(Tribun Manado/Alexander Pattyranie)