Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tukang Sapu Jalan di Manado Ini Berharap Anaknya Bisa Jadi Guru

Meski harus panas bermandikan debu di siang yang terik, bagi ibu dan anak ini tidak menjadi masalah.

Penulis: | Editor:
zoom-inlihat foto Tukang Sapu Jalan di Manado Ini Berharap Anaknya Bisa Jadi Guru
TRIBUNMANADO/FELIX TENDEKEN
Tukang sapu jalan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO  - Meski harus panas bermandikan debu di siang yang terik, bagi ibu dan anak ini tidak menjadi masalah. Bekerja sebagai penyapu jalanan kota merupakan pekerjaan rutin mereka.

Meski demikian, siapa yang menyangka dengan menyapu jalan ia bisa menghidupi satu keluarganya. Ditengah himpitan hidup, tersimpan asah bagi Yeheskiel (10) untuk meraih cita-cita menjadi seorang guru.

Belajar dari pengalaman Ren (40) ibu Yeheskiel, mau bekerja apa saja demi menyambung sekolahnya. Ren pun bersyukur dengan gaji Rp.2.10.000,yang diterima tiap bulannya,selain itu ia merasa terbantu dengan jaminan kesehatan BPJS yang diberikan Walikota, Senin (23/03).

”Saya punya harapan besar agar anak saya bisa kuliah sampai menjadi seorang guru. Memang jujur saya tidak mampu sebab suami saya mulai sakit-sakitan,namun harapan anak saya tidak akan saya sia-siakan,”ujarnya.

Dikatakannya, anaknya pernah berhenti sekolah saat masih sekolah di SD 47 Sumompo. Ia harus rela berhenti di kelas dua sebab suami sakit keras dan butuh biaya. Keadaan ini sangat mempersulit kondisi keluarga kami, ia pun un mengambil langkah memberhentikan anak saya bersekolah sebab tidak ada lagi yang menafkahi.

"Saya belajar menerima kondisi memilih untuk menjadi seorang penyapu jalanan,namun saya bersyukur hasilnya lumayan buat dapur kami terus mengepul,”ujarnya.

Ia juga mengatakan anaknya sudah bisa melanjutkan pendidikan.”Namun saat ini anak saya sudah bisa melanjutkan pendidikannya dengan hasil dari pekerjaan sebagai penyapu jalan. Anak saya suka membantu saya bekerja membersihkan jalan sepulang sekolah. Namun di balik hal itu kami dapat peruntungan dengan mengambil sampah plastic yang masih bisa terjual seperti gelas aqua,botol aqua dan sebagainya. Tak lupa saya mau berterimakasih kepada Bapak Walikota Vicky GS Lumentut yang memberikan kesempatan bekerja kepada saya,”ujarnya.

Ren mengatakan ia harus menyapu ruas jalan Jendaral Supratman setiap hari.”Meski sulit saya akan selalu bersabar membersihkan kota Manado khususnya jalan Jendral Supratman. Saya harus memulai menyapu dari perempatan lampu merah texas chiken Wenang,sampai perempatan lampu merah patung Walanda Maramis,”ujarnya.

Kendala yang harus ia hadapi ketika jalan sudah bersih namun masih banyak yang buang sampah sembarangan.

”Saya sangat prihatin ketika kota sudah bersih namun ada saja tangan yang tidak bertanggung jawab membuang sampah sembarangan. Penyumbang sampah kota yang saya lihat adalah pengendara mobil,dimana mereka membuang sampah dari dalam mobil ke jalan raya,”ujarnya.

Ia pun berpesan agar penguna jalan menyadari akan kebersihan kota.”Marilah kita menyadari akan pentingnya kebersihan,alangkah baiknya menggunakan atau menyediakan tempat sampah didalam mobil. Jika kita melakukan hal ini tentunya kita sudah menjaga dan melestarikan kebersihan keindahan kota Manado,”ujarnya.

Ia sering kesal namun tak berdaya.”Hal yang menyakitkan hati bagi saya saat,ada yang melempar sampah saat saya sedang menyapu. Kesal ada namun saya harus tetap sabar menghadapi situasi ini sampai mereka benar sadar akan kebersihan diri,”ujarnya.

Selain itu menurut dia sampah yang sulit dibersihkan adalah puntung rokok.”Sampah yang paling sulit dibersihkan adalah punting rokok,sebab ketika berada di jalan atau cela batu enggan terambil dengan sapu. Ketika jalan suda bersih keesokan harinya banyak lagi punting rokok,memang orang Manado paling banyak merokok,”ujarnya dengan kesal..(tribun manado/felix tendeken)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved