Astaga! Terlilit Utang, Pria Ini Sandera Ayahnya yang Lumpuh
Penyanderaan dilakukan Misnawi menggunakan pisau. Pisau itu dikalungkan ke leher ayahnya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Misnawi, pria berusia 39 tahun yang tercatat sebagai warga Dusun Demmabu Laok, Desa Jambringin, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur tega menyandera ayahnya sendiri, Sinaton (85), di sebuah surau di depan rumahnya, Kamis (12/2/2015).
Penyanderaan dilakukan Misnawi menggunakan pisau. Pisau itu dikalungkan ke leher ayahnya. Bakir (43), salah satu kerabat Misnawi, mengatakan, penyanderaan dilakukan sejak pukul 05.00 WIB.
Sinaton disandera dalam keadaan lumpuh. Bahkan kelumpuhan Sinaton sudah terjadi tujuh tahun yang lalu. "Tidak tahu apa penyebab penyanderaan yang dilakukan Misnawi kepada bapaknya," ungkap dia.
Bakir menambahkan, Misnawi tidak memiliki riwayat sakit jiwa. Bahkan Bakir sempat berkomunikasi dengan Misnawi untuk menanyakan kemauannya, tetapi Bakir tak menggubrisnya.
Namun akhirnya Misnawi mengajukan tuntuan tebusan uang jutaan rupiah. Dan ini dibenarkan Kepala Polres Pamekasan AKBP Sugeng Muntaha.
Menurut Kapolres, penyandera meminta uang tebusan kepada ayahnya karena kabarnya dia terlilit utang sebesar Rp 6 juta. Jika permintaan itu dipenuhi, ayahnya akan dilepaskan.
"Awalnya minta Rp 10 juta, setelah uang disiapkan, berubah minta Rp 15 juta. Namun, permintaannya naik lagi menjadi Rp 20 juta," kata Sugeng, Kamis (12/2/2015).
Sugeng menambahkan, sebelum memenuhi permintaan Misnawi, pihak keluarga diminta untuk melakukan negosiasi dengan Misnawi.
Negosiasi itu terkait dengan permintaan Misnawi yang sebenarnya. Namun, Misnawi sering berubah pikiran setiap kali diajak negosiasi.
Dari pihak keluarga, polisi menugaskan Gimin, mantan ipar Misnawi, untuk melakukan negosiasi. Beberapa kali Gimin melobi Misnawi untuk melepaskan ayahnya, tetapi gagal. "Kita akan turuti semua permintaannya asalkan ayahnya dilepas," imbuh Sugeng.
Misnawi juga minta untuk pulang kembali ke tempat kerjanya di Kalimantan Timur sebagai buruh tani kelapa sawit dan minta dibelikan tiket pesawat. "Kalau nanti ayahnya dilepaskan, sudah urusan lain dengan polisi," ungkap Sugeng.
Selama dalam penyanderaan, Misnawi terus mengalungkan pisau ke leher ayahnya meskipun sang ayah sudah terlihat lemas.
Lebih dari 10 jam waktu penyanderaan membuat Polres Pamekasan mulai tidak sabar. Beberapa kali negosiasi yang dilakukan selalu ditolak oleh Misnawi. Polres Pamekasan langsung menerjunkan satu peleton pasukan untuk berjaga di lokasi penyanderaan.
"Saya beri waktu 24 jam untuk melepaskan korban penyanderaan. Jika lewat dari itu, terpaksa pelaku harus dilumpuhkan," kata Kapolres.
Kapolres menambahkan, pihaknya menyiapkan tim penembak jitu dari pasukan Brigade Mobil Kompi A Pamekasan untuk melumpuhkan pelaku. Para sniper itu ditempatkan di beberapa sudut di sekitar lokasi penyanderaan.