Kalimat yang Bernalar
Tahukah kita bahwa kalimat yang kita gunakan saat berkomunikasi menjadi kunci kesuksesan dalam berkomunikasi?
Oldrie Ch Sorey
Peneliti pada Balai Bahasa Provinsi Sulut
TAHUKAH kita bahwa kalimat yang kita gunakan saat berkomunikasi menjadi kunci kesuksesan dalam berkomunikasi? Hal ini mungkin belum disadari oleh sebagian orang karena masih terdapat banyak kesalahan dalam menyusun dan menyampaikan kalimat, baik secara lisan maupun tulis.
Kalimat pada hakikatnya adalah satuan bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi. Komunikasi itu sendiri melibatkan pihak pertama dan pihak kedua. Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila hal yang disampaikan oleh pihak pertama dapat diterima dengan "utuh" oleh pihak kedua.
Untuk mencapai tujuan itu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah informasi yang disampaikan oleh pihak pertama harus menggunakan kalimat yang bernalar (logis). Syarat ini mutlak dipenuhi, karena jika tidak, informasi yang diterima pihak kedua dapat saja salah atau justru menimbulkan pemahaman lain.
Berikut ini beberapa kalimat yang disampaikan dengan penalaran yang salah.
(1) Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan maka selesailah penyusunan tugas ini.
(2) Kita harus segera mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain.
Jika dilihat sepintas, kalimat (1) dan (2) di atas adalah kalimat yang dapat diterima. Namun, jika dicermati akan tampak bahwa kedua kalimat itu tidak bernalar.
Isi kalimat (1) dapat disimpulkan bahwa seolah-olah hanya memanjatkan puji syukur kepada Tuhan maka penyusunan tugas itu selesai, padahal menurut logika kita akan mengucap syukur setelah kita selesai mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, kalimat (1) seharusnya berbunyi Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan atas selesainya penyusunan tugas ini.
Kalimat (2) juga tidak bernalar karena kita tidak pernah mengejar sesuatu yang ada di belakang, sesuatu yang tertinggal. Yang kita kejar adalah sesuatu yang berada di depan atau yang sudah meninggalkan kita. Karena itu, kita dapat mengubah kalimat (2) menjadi Kita harus segera mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain.
Contoh lain kalimat yang tidak bernalar adalah berikut ini.
(3) Sore tadi Jalan Sudirman macet total.
(4) Bakrie termasuk pengusaha terkaya di Indonesia.
Jika kita cermati kalimat (3) di atas berarti bahwa yang macet adalah jalan. Padahal, kita tahu kata macet berhubungan dengan sesuatu yang bergerak. Jika sesuatu yang bergerak itu tidak berfungsi atau berhenti, akan kita katakan macet. Sementara jalan bukanlah sesuatu yang bergerak. Karena itu, tidak bernalar jika jalan dikatakan macet. Dalam kasus ini, sebenarnya yang macet adalah lalu lintas di Jalan Sudirman, sehingga kalimat (3) dapat diubah menjadi Sore tadi lalu lintas di Jalan Sudirman macet total.
Dalam kalimat (4) terjadi kesalahan penalaran yang disebabkan oleh pemilihan kata. Kata termasuk mengisyaratkan bahwa yang ada di dalamnya lebih dari satu, sedangkan makna ter- dalam terkaya adalah 'paling'. Karena itu, sungguh tidak bernalar jika sesuatu yang paling mempunyai anggota lebih dari satu.(*)