Bocah Tewas Tenggelam
Sisi Lain Kisah Tenggelamnya Tiga Anak Desa Ranowangko
Awan kepedihan pekat terasa, raut wajah sedih terlihat di wajah kerabat korban tenggelam.
Penulis: Finneke | Editor:
Laporan wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan
Awan kepedihan pekat terasa, raut wajah sedih terlihat di wajah kerabat korban tenggelam. Wartawan Tribun Manado mencoba menggali kisah keluarga mereka pada Sabtu (16/11/2013) sebelum jasad Putri Welan ditemukan sehari setelahnya. Ini kisahnya.
SUASANA haru biru tampak terlihat di rumah duka korban anak hanyut Cantika Pomantouw (7) dan Tirza Tulong, warga Desa Ranowangko Kecamatan Tombariri, Sabtu (16/11). Kejadian nahas yang terjadi pada Jumat (15/11/2013) siang, menyisakan luka mendalam bagi keluarga dan kerabat korban.
Di jaga IV desa tersebut, terletak rumah duka Tirza Tulong. Dengan tubuh terbujur kaku, ia menggunakan gaun merah muda dengan bando yang menghias kepalanya. Di atas tempat tidur, terlihat tiga pasang sepatu merah muda miliknya. Ibunya Vonny Rengkung dan nenek Nita Lasut tampak duduk di sebelah jasad Tirza. Mata mereka sembab, tampak terlihat kesedihan yang mendalam. Keduanya lebih banyak diam sembari menatap dalam jasad Tirza. Sesekali mereka bercengkerama dengan saudara yang membuka pembicaraan dengan mereka.
Beberapa kali wajah Tirza mengeluarkan cairan, ibunya pun dengan kasih menyekanya. Belum lagi teman-teman Tirza yang berada di rumah duka. Mereka mengelilingi jasad Tirza. Ada seorang temannya yang memegang kipas, mengusir lalat yang hinggap di jenazah Tirza.
Tirza merupakan anak kedua dari tiga bersaudara tinggal bersama neneknya. Sedangkan orangtuanya tinggal di Manado. Ia tak mau ikut dengan orangtuanya karena tak mau meninggalkan teman-temannya di kampung.
Di jaga X, tempat tinggal Cantika Pomantouw. Saat Tribun Manado sampai, neneknya Sarbina Supit tampak tertidur di sebelah Cantika. Ia mengalaskan tangan kanannya untuk memangku kepalanya. Ditemani Claudio, kakak Cantika yang merupakan korban selamat. Claudio hanya diam dan sering menundukkan kepalanya. Sarbina kemudian bangun, wajahnya lesu dengan mata yang sembab. Saat terbangun ia langsung menatap cucunya itu.
Pada Kamis sebelum hari nahas itu, Cantika juga hampir tewas tenggelam. Ada seorang warga yang menolongnya. Kejadian itu ternyata tak membuatnya kapok. Ia malah kembali besoknya. Kejadian itu tak diketahui keluarganya, sehingga tak ada peringatan yang diberikan. “Seharusnya orang yang menolong Cantika memberi tahu kejadian itu pada kami. Kalau begitu mungkin Cantika takkan seperti ini,” ujarnya mulai terisak. Sementara itu, pengakuan Claudio, ia sempat menarik adiknya itu namun sudah terlepas. Saat ada orang datang menolongnya, ia melihat adiknya serta dua orang temannya sudah tenggelam. “Claudio lebih banyak diam, dia masih takut dengan kejadian itu,” ujar Sarbina.
Claudio dan Cantika hanya dua bersaudara. Mereka tinggal bersama nenek dan mamanya. Karena papa mereka sedang kerja di Nabire. Keduanya merupakan kakak beradik yang hanya beda setahun. Hubungan mereka sangat dekat, kemana pun Cantika pergi, ada Claudio di situ. Bahkan keduanya sering berjalan dengan berpegangan tangan. “Saya sayang ade,” kata Claudio yang mulai berurai airmata.
Berbeda halnya dengan keluarga Putri Welan, yang hingga pencarian di hari kedua belum jua ditemukan. Di pinggir pantai, dekat posko Tim SAR, keluarga dan kerabat Putri begitu menanti mujizat bagi mereka. Tokoh utama yang tampak menjadi pusat perhatian adalah Meinci Thomas (53). Dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya, ditemani seorang kerabat yang selalu memegangnya, ia terus-terus saja menangis.
Sesekali ia berhenti karena terlihat capek, tapi setelah itu ia kembali menangis, cucu kesayangannya belum jua ditemukan. Sampai beberapa saat kemudian Meinci menuju ke pinggir pantai, hingga kakinya menyambar ombak. Ia pun berseru sembari menangis, “Putri ayo tunjukkan dirimu Put .. Tuhan Yesus tolong angkat Putri dari laut Tuhan Yesus. Tunjukkan Putri. Engkau yang maha kuasa di atas segala kuasa. Mujizat Mu selalu nyata Tuhan Yesus,” ucapnya dengan isakkan tangis yang menjadi-jadi. Kejadian itu sontak membuat haru suasana. Tetesan airmata pun jatuh pada mereka yang melihat aksi Meinci tersebut. Beberapa menit ia berada di pinggir pantai, dengan isakan tangis menjadi-jadi.
Ia kemudian kembali ke posko tim SAR dan duduk beristirahat. Di situ ada Cheisen Welan (11) kakak lelaki Putri yang tidur-tiduran di atas tikar. Ia pun tampak sedih menanti pencarian adiknya itu. Meinci kemudian berututur, saat kejadian ia berada di kiosnya. “Saya jualan untuk tambah-tambah penghasilan, karena suami saya hanya tukang ojek,” ujarnya. Ia tak pernah menyangka kalau hal itu akan menimpa Putri. “Rencana Tuhan pasti indah walaupun kadang menyakitkan. Saya hanya terus berpasrah dan berserah padanya. Walaupun kemungkinannya sangat kecil, saya berharap masih ada mujizat Putri bisa selamat. Kalau pun tidak, yang penting jasadnya ditemukan biar kami bisa tenang,” ucapnya berkaca-kaca.
Sementara di kediaman Putri sudah ada rangka tenda tapi belum ditutup dengan atap. Menurut pengakuan kerabatnya, mereka sudah bersiap untuk acaa pemakaman Putri. Putri merupakan bungsu dari dua bersaudara. Sejak kecil ia tinggal bersama neneknya Meinci. Ibu dan ayahnya tinggal di luar daerah dan sudah lama berpisah, dan masing-masing sudah berkeluarga. Ibunya di Ternate akan segera tiba beberapa hari ini, sedangkan ayahnya entah dimana. Hingga saat ini keberadaan ayah Putri tak tahu dimana, sehingga keluarga tak bisa menghubunginya untuk memberi tahu kabar itu.
Putri sebenarnya tak biasa mandi di muara sungai itu, ia biasanya mandi di sungai belakang rumahnya. Baru hari itu saja ia dan teman-temanya mandi di muara sungai itu. Putri, Tirza dan Cantika merupakan sahabat karib. Teman sekelas dan bahkan duduk bersama. Mereka selalu terlihat bermain bersama. Sekolah mereka berkabung, karena kehilangan tiga muridnya.
Pencarian di hari kedua dihentikan pukul 17.00 Wita. Menurut Ketua Tim SAR Minahasa, Jeffry Mambu, pencarian terkendala dengan masalah alam. Ombak yang besar, arus laut dan luasnya wilayah pencarian. “Hari ini belum berhasil, karena beratnya medan pencarian. Pencarian hari ini dihentikan dan akan dilanjutkan besok pada pukul 05.00 Wita. Besok akan turun dengan kekuatan penuh,” ujarnya. Sebanyak 40 personel penyelamat yang terdiri dari unsur Basarnas, Rapi, BPBD Minahasa, SAR Minahasa, Polsek Tombariri, Echo Drivers dan BPBD Provinsi, turut dalam pencarian ini.
Pagi harinya, Minggu (17/11/2013) seorang nelayang menemukan jasad Putri Welan (8) terapung sekitar pukul 05.30 Wita. Tak berapa lama tim SAR langsung mengevakuasi jenazah korban dan segera dibawa ke rumah duka. (*)