Piala Dunia Brasil 2014
Hiburan dari Sarajevo
Bola menghibur dunia, begitulah pesona cabang olahraga sepak kulit bundar ini sejak abad yang lalu, hari ini dan hingga kapan pun
Penulis: | Editor:
Dia tidak hanya menikmati pertandingan di depan layar televisi, tetapi sangat sering Mladic hadir di stadion, berteriak memberi dukungan kepada tim dan pemain kesayangannya. Tim idola Mladic adalah Red Star Belgrade, klub Serbia (dulu Yugoslavia) yang pernah meraih trofi Liga Champions Eropa dan paling banyak menjuarai kompetisi Liga Serbia dengan koleksi 25 gelar juara.
Delapan belas tahun setelah Mladic menciptakan horor di Srebrenica, berusaha menistakan etnis Bosnia, tim nasional (timnas) sepakbola Bosnia-Herzegovina membuat sejarah. Untuk pertama kali Bosnia-Herzegovina lolos ke putaran final kejuaraan sepakbola paling bergengsi antarnegara, FIFA Word Cup.
Bosnia-Herzegovina mengamankan tiket Piala Dunia di Brasil musim panas 2014 setelah sukses menaklukkan tuan rumah Lithuania 1-0 di Kaunas, hari Selasa 15 Oktober 2013.
Gol tunggal pemain klub Bundesliga Jerman, VfB Stuttgart, Vedad Ibisevic pada menit ke-68, sudah cukup untuk memastikan kemenangan bagi negara pecahan Yugoslavia itu terbang ke negeri elok Brasilia tahun depan. Ibisevic menggetarkan jala gawang tuan rumah yang lebih difavoritkan setelah memanfaatkan umpan silang Edin Dzeko dari sayap kanan pertahanan Lithuania.
Hasil ini cukup untuk memastikan Bosnia-Herzegovina tampil sebagai juara Grup G kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Eropa. Bosnia-Herzegovina unggul selisih gol atas Yunani, yang pada hari yang sama mengalahkan tim rapuh Liechtenstein 2-0.
Sejak berdiri sebagai negara merdeka 1992, lima tahun pasca kejatuhan Soviet dan Komunismenya yang ikut meruntuhkan negara Yusgolavia, Bosnia-Herzegovina dua kali hampir merasakan berkiprah di kejuaraan sepakbola kelas dunia. Namun, kesempatan emas tersebut selalu dipupuskan Portugal. Dua kali Portugal gagalkan mimpi Bosnia-Herzegovina di babak play-off menuju Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, dan babak play-off Piala Eropa 2012 di Ukraina dan Polandia.
Maka ketika gol Vedad Ibisevic bertahan hingga wasit meniup peluit panjang di Kaunas 15 Oktober 2013, sekitar 5 juta penduduk Bosnia larut dalam kebahagiaan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Hampir 30 ribu orang turun ke jalan-jalan utama Sarajevo, ibu kota Bosnia. Klakson mobil nyaring bersahut-sahutan, seruling terompet nyaris memekakkan telinga. Sarajevo berspesta pora semalam suntuk di alun-alun kota, di taman-taman dan kafe merayakan sukses negeri yang terkoyak perang Balkan itu lolos ke Piala Dunia.
Mereka mengelu-elukan nama Pelatih Safet Susic sebagai arsitek kemenangan bersejarah. Susic mengantar Bosnia kini boleh sejajar dengan negara lain di Eropa yang lebih dulu berjaya di Piala Dunia. Warga Sarajevo tiada henti menyebut Ibisevic sebagai pahlawan. Tak lupa pula menyanjung punggawa timnas Bosnia Asmir Begovic, Avdija Vrsajevic, Adnan Zahirovic, Ermin Bicakcic, Emir Spahic; Zvjezdan Misimovic, Haris Medunjanin, Sejad Salihovic; Miralem Pjanic, Senad Lulic dan Edin Dzeko.
Di dalam pesawat yang menerbangkan pahlawan Bosnia di ladang bola kembali ke Sarajevo dari ibu kota Lithuania seusai kemenangan heroik malam itu, para pemain tak henti-hentinya bernyanyi. Susic harus menutup rapat telinganya karena tak tahan mendengar Dzeko yang paling keras suaranya, meski fals.
"Hampir saja saya menendang mereka satu per satu karena nyanyian di kabin itu," kata Susic kepada wartawan saat landing di Sarajevo. Susic bercanda dengan awak media sekaligus melukiskan suasana hatinya yang ceria. "Ini momen paling membahagiakan untuk saya selama berkarir di sepakbola," demikian Susic seperti dikutip Miami Herald, Rabu (16/10/2013).
Bola menjadi hiburan. Bola menjadi pengobat lara. Timnas sepakbola Bosnia mempersembahkan sesuatu yang sangat berarti bagi bangsanya. "Ini tidak sekadar tentang sepakbola lagi. Ini tentang perasaan kami yang selalu dilupakan karena sebagai negara baru kami tak punya pengalaman," kata Salih Redzic, satu di antara warga Sarajevo yang merayakan pesta Selasa malam itu di alun-alun kota.
Sukses Bosnia lolos ke Piala Dunia sungguh menghibur warga Bosnia yang selama ini berada dalam situasi serba sulit, baik secara ekonomi maupun politik. Data terkini menyebutkan, sekitar 25 persen dari total populasi Bosnia berstatus pengangguran. Mereka bekerja serabutan sekadar mempertahankan periuk nasi.
Geliat perekonomian dalam negeri Eropa Timur itu sedang buruk. Konflik politik yang melibatkan elit Bosnia tak henti-hentinya berkecamuk. Pekan lalu, penderitaan warga Bosnia bertambah berat setelah bantuan 47 juta Euro dari Uni Eropa menguap karena konflik politik dalam negeri.
Bagi warga Bosnia, kegembiraan yang merebak seperti Selasa malam 15 Oktober 2013 itu sangat jarang mereka rasakan. Dua dekade lalu, Bosnia terlibat perang Balkan yang mengakibatkan sekitar 100 ribu orang terbunuh. Mereka pun tak akan melupakan horor yang ditebarkan Jenderal Ratko Mladic dan para algojonya di Srebrenica Juli 1995.
Hingga hari ini pun konflik itu masih saja meninggalkan luka batin, mewariskan kemiskinan, mencuatkan tingkat pengangguran tinggi serta konflik politik atas nama demokrasi dalam negeri Bosnia yang tak kunjung usai