Sejarah Permesta
Direktur CIA Allan Dulles Bersaksi tak Campuri Urusan Indonesia
Mutu cetak uang kertas Permesta dan juga mutu kertasnya agak rendah, kadang² dicetak pada kertas HVS.
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Mutu cetak uang kertas Permesta dan juga mutu kertasnya agak rendah, kadang² dicetak pada kertas HVS. Bahkan pada kertas dinas bergaris. Uang kertas ini terdiri dari pecahan Rp 100, Rp 500,- dan Rp 1.000,- dan ditandatangani oleh Joop Warouw selaku Waperdam PRRI - Permesta.
Uang kertas Rp.100,- nilainya masih dapat membayar ongkos makan dan minum kopi di warung, sedangkan uang kertas Rp.500,- masih cukup untuk membeli dua ekor ayam di pasar. Selain uang kertas cetakan Permesta, beredar juga secara sah uang lama RI yaitu uang kertas seri ZG pecahan seratus rupiah bergambar pahlawan Diponegoro yang dinamakan uang "ketek" atau keras.
Uang seri ZG ini adalah uang yang dikuasai Permesta dari Bank Indonesia Cabang Manado. Ketika terjadi pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat. Uang kertas seri ini dinyatakan tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah oleh pemerintah pusat.
Perangko Permesta
Di Singapura, sebagai pangkalan lalu lintas orang² PRRI dan Permesta, telah ditawarkan oleh makelar² berupa sejumlah helikopter², kapal² pendarat, dan tank² pendarat kepada PRRI (dan Permesta).
Singapura sendiri, pada akhir bulan Maret 1958 terkesan bahwa banyak partisan PRRI (dan Permesta).
Permesta kemudian berhasil membeli pesawat pembom diantaranya 2 pesawat pembom jarak jauh B-29 berikut menyewa penerbang²nya dan mempergunakan pangkalan² udara Amerika Serikat Clark Airfield di dekat Manila-Filipina.
Penerbang² yang disewa itu terdiri antara lain anggota² pasukan Jenderal Claire Chenault dari pasukan Flying Tigers bekas penerbang² Perang Dunia II, dan penerbang² dari Taiwan.
Direktur CIA, Allan Dulles (saudara Menteri Luar Negeri AS, John Foster Dulles), bersaksi di depan Senat Kongres Amerika, bahwa AS tidak "mencampuri urusan dalam negeri" Indonesia.
"Pos X", demikian nama pos informasi intelejen PRRI (dan Permesta), yang sebenarnya tidak banyak melebihi kualitas sebuah biro informasi. Kabar² yang diperoleh umumnya berasal dari orang² yang menyebut diri simpatisan PRRI-Permesta, yang sendirinya masih belum 100% dapat dipercaya. "Biro X" ini terdapat di Jakarta dan Singapura. Pusatnya berada di Singapura, dikepalai Jaksa E. Pohan yang masih aktif di perwakilan Ri di Singapura (KBRI).
Tanggal 3 Maret 1958 Hari ini diumumkan bahwa Letkol Saleh Lahede dipecat dari TNI, yang telah berlaku surut sejak tanggal 17 Februari 1958.
11-12 Maret 1958 Rapat rahasia Menlu negara SEATO (South East Asia Treaty Organization) di Manila diadakan dengan tokoh-tokoh PRRI. Dipertimbangkan untuk memberikan belligerent status (status negara yang sedang berperang) kepada PRRI, status demikian memungkinkan daerah² lain dapat memberikan bantuan terbuka kepada PRRI.
Menteri Luar Negeri Australia Robert Casey berpendirian lebih keras, menghendaki pesawat² Australia beroperasi di Indonesia, dan melakukan tindakan menghambat ekonomi Indonesia. Namun gagasan tersebut tidak disetujui Menteri Pertahanan Australia.
12 Maret 1958 Dalam merampungkan persiapan operasi di Sumatera menghadapi PRRI, Pangkalan Udara Tanjung Pinang dijadikan pangkalan induk pasukan APRI. Di pangkalan ini segala persiapan dilakukan untuk merebut Pekanbaru dan pangkalan udaranya. Menduduki pangkalan udara Pekanbaru menjadi prioritas utama APRI, sebelum memutuskan untuk menduduki Padang, Medan dan Palembang.
Persiapan telah rampung, tanggal 10 Maret diputuskan sebagai D-day. Namun rencana ini ditunda dan operasi diundur selama 48 jam. Khusus selama Operasi Tegas di Sumatera, semua pesawat B-25 tidak dimuati bom. Setidaknya empat B-25 dan enam P-51 mengudara pagi itu. Tugasnya adalah membersihkan daerah penerjunan (DZ) bagi satu Batalion PGT (Pasukan Gerak Tjepat) dan satu Kompi RPKAD dari tentara APRI.
Beberapa jam sebelumnya, pada pukul 01.30 dini hari, sebuah pesawat PBY-5A Catalina mendahului operasi subuh itu untuk memantau situasi sekaligus melaporkan keadaan cuaca di daerah operasi. Sekitar pukul 4, pesawat Catalina berputar² di atas Pangkalan Udara Simpang Tiga, Pekanbaru.
Ada beberapa orang pasukan PRRI berkeliaran di sekitar landasan. Mereka tidak sedikitpun curiga ketika mendengar suara pesawat menderu² di kegelapan malam. Begitu juga dengan penerbang Catalina, tidak menyadari adanya kegiatan di bawah. Barulah ketika tiba² banyak lampu menyala, di sisi lain terlihat api² unggun dihidupkan, seperti isyarat. Ternyata saat bersamaan, orang² PRRI tengah menunggu pasokan senjata dari CIA.