DPRD
Ketua DPRD Sulut tak Melarang Anaknya Berpolitik
erpolitik ibarat seniman yang menghasilkan karya maestro indah.
Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO ‑ Berpolitik ibarat seniman yang menghasilkan karya maestro indah atau justru karya sampah yang terbuang. Demikian yang diyakini sejumlah anggota dewan dengan pekerjaannya. Meski sarat risiko tak sedikit yang melihat ini sebagai seni hidup dan membiarkan anaknya untuk masuk atau juga sebaliknya ada yang melarang karena besarnya risiko, Selasa (20/11/2012).
Ketua Badan Kehormatan DPRD Sulut, Paul Tirayoh misalnya, ia menganggap kaki anggota dewan yang sebelah sudah ada di penjara. Kata ini merupakan kiasan dengan besarnya risiko pekerjaan. Menurutnya satu kaki anggota dewan benar‑benar berada di penjara bila motivasinya mencari uang.
"Motivasi menjadi anggota dewan itu ya membawa aspirasi masyarakat bukan mencari uang, kalau mencari uang jadilah pengusaha, jangan wakil rakyat," ujarnya. Aktivitas sebagai anggota dewan menurutnya tak bisa bila harus menduakan dengan pekerjaan lain seperti pengusaha atau notaris. Ia menegaskan pekerjaan lain harus berhenti ketika menjadi anggota dewan, semua adalah pengabdian.
"Gaji sangat tidak memadai. Kalau mau mencari (tambah penghasilan) jangan di sini," tegasnya. Ia tak pungkiri demi perjuangkan aspirasi masyarakat dan pengabdian untuk duduk di kursi dewan ia juga mengeluarkan uang yang tak sedikit. Meski demikian ia tak seperti rekan‑rekan lainnya yang merogoh kocek hingga ratusan juta, ia mengaku hanya mengeluarkan biaya tak lebih dari seratis juta. Uang‑uang yang dikeluarkan tersebut untuk kegiatan atau konsumsi pertemuan hingga kebutuhan untuk cetak baliho.
Meski kini citra anggota dewan tak sebagus sebelumnya, namun ia meyakini, apa yang dilakukan merupakan sebuah pengabdian dan mulia.
Tak berbeda jauh, Ketua DPRD Sulut Meiva Salindeho juga menyatakan demikian. Meski sesuai survei dari LSI banyak orangtua yang melarang anaknya menjadi anggota dewan, tak demikian dengan Meiva. Ia menyerahkan semua keputusan di tangan anaknya ingin menjadi apa kelak karena anaknya yang akan menjalankan. "Saya menerapkan prinsip demokrasi, silakan saja kalau ingin menjadi anggota dewan," jelasnya.
Ia menilai apa yang dilakukan anggota dewan untuk kepentingan publik. Menurutnya kegiatan publik selalu ada plus minusnya. Meiva tak mencela pendapat para orangtua dalam penelitian tersebut. Namun menurutnya yang paling penting menjadi anggota dewan adalah soal komitmen. "Itu pendapat orang legislator tidak bisa dilihat dari sisi buruknya saja melainkan produk yang dihasilkan untuk kepentingan yang besar," katanya.