GMNI
GMNI: Monumen Lilin Mubasir
Katanya mau dijadikan ikon wisata kota, mengapa monumennya sudah diimpit bangunan ruko
Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Manado menilai proyek Monumen Lilin yang bakal jadi simbol kerukunan umat beragama di Sulawesi mubazir dan tidak lagi memenuhi asas manfaat.
Kepada Tribun Manado, Rabu (29/2/2012), Ketua GMNI Cabang Manado Golfinger Kalensang mengatakan, monumen yang dibangun di Kawasan Marina Plasa Manado itu berdiri di lokasi yang sempit. Posisi monumen sangat berdekatan dengan kompleks Pelabuhan Manado dan bangunan rumah toko (ruko).
Kata dia, proyek yang dikerjakan sejak 2007 itu saat ini tidak lagi memenuhi unsur estetika dan manfaatnya. "Katanya mau dijadikan ikon wisata kota, mengapa monumennya sudah diimpit bangunan ruko," sindirnya.
Menurut dia, seharusnya sebelum membangun Pemerintah Kota Manado terlebih dahulu mempertimbangkan luas lahan agar pembangunannya tidak jadi seperti sekarang ini. Ia melihat pembangunan monumen tanpa perencanaan matang dan menyeluruh, sehingga pihak pengembang bisa dengan leluasa membangun ruko hingga berimpitan dengan monumen. Akibatnya luas area monumen jadi sempit dan kurang enak dipandang.
"Jika kondisinya demikian lebih baik dananya dipakai untuk program pembangunan ekonomi masyarakat miskin perkotaan," katanya.
Menanggapi itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado Ferry Siwi mengatakan, Monumen Lilin masih cukup layak dari aspek ruang publik. Selain itu bangunan ruko yang dibangun itu adalah fasilitas pelabuhan. Namun ia mengakui aspek estetika bangunan sudah menurun seiring dengan berkurangnya lahan di sekitar monumen, "Secara estetika memang mengalami penurunan. Namun dari aspek public space masih cukup layak," katanya.(tos)
