Isu Lingkungan
Memangkas Pohon di Sagrat Tanpa Rekomendasi BLH
PAGI itu, saat jarum jam menunjukan sekitar pukul 10.14, arus lalu-lintas di lokasi jalan yang dibilangan Sagrat Bitung mendadak henti sejenak.
PAGI itu, saat jarum jam menunjukan sekitar pukul 10.14, arus lalu-lintas di lokasi jalan yang dibilangan Sagrat Bitung mendadak henti sejenak. Beberapa motor dan mobil rela berhenti disebabkan ada pelaksanaan pemangkasan pohon rindang.
Keberadaan pohon rindang tersebut berlokasi di pinggiran trotoar jalan. Pantauan Tribun Manado, beberapa petugas yang melakukan penebangan pohon tampak secara asal-asalan, membabat pada bagian tengah pohon.
Awalnya pohon rimbun meneduhi jalanan, namun usai dibabat, riwayat rindang pohon tersebut hanya cerita pepesan kosong. Cuaca terik matahari semakin mencolok menerangi jalanan tersebut, panas dan silau.
Menanggapi hal itu, Abineno BM, Ketua Lembaga Sosial Masyarakat Cagar Hijau Bitung, menjelaskan, belakangan keberadaan pohon di pinggir jalan-jalan tersebut sering dilakukan pembabatan tanpa melihat pola pemotongan yang baik.
"Pengamatan kami mereka memotongnya asal-asalan. Harusnya potongnya itu hanya kucup pohon tapi ini kenapa kebanyakan tampak habis," ujarnya.
Terpisah, Sadat Minabari, Sub Bidang Pengkajian Analisis Dampak Lingkungan, Badan Lingkungan Hidup Bitung, menuturkan, kegiatan pemangkasan pohon di daerah Sagrat itu tidak diketahuinya. "Siapa saja mereka kalau mau pangkas pohon harus ada rekomendasi dari kami," tegasnya.
Ia pun belum mengetahui secara persis siapa yang melakukan pemotongan pohon tersebut. "Kami akan tindaklanjuti. Akan mengirimkan tim siapa mereka, kenapa belum lapor ke kami," tegasnya.
Menurutnya, keberadaan pohon di jalan tersebut itu adalah program dari pemerintah kota Bitung. Pohon di lokasi tersebut sudah dilakukan sejak lima tahun lalu. "Ditanam dari kecil sekarang sudah besar main seenaknya potong pohon," ujar Sadat.
Ia menambahakan, setiap orang tidak semudah yang dibayangkan melakukan pemangkasan rindang pohon. Ada pola dan sistem yang harus dilakukan, bukan asal sembarangan. "Mereka harusnya minta rekomendasi agar ada arahan dari kami," tutur Sadat.
Pria yang kini bertempat tinggal di Girian Bawah ini menuturkan, atas nama pembangunan sah dilakukan, tetapi dengan mengharmoniskan nilai-nilai keseimbangan terhadap fungsi lingkungan. "Jangan sampai melupakan kesimbangan alam dalam pembangunan yang kita lakukan kalau hasilnya tidak mau sia-sia tanpa hasil memuaskan," ujarnya.