Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sejarah Hari Raya Idul Fitri Dalam Islam dan Dua Hari Raya Pada Zaman Jahiliyah

Bagi kaum muslimin Idul Fitri adalah hari kemenangan. Setelah sebulan penuh berpuasa menahan hawa nafsu tibalah kaum muslimin di hari yang fitri.

Editor: Rizali Posumah
(artscenegallery.com)
Ilustrasi 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagi kaum muslimin Idul Fitri adalah hari kemenangan. Setelah sebulan penuh berpuasa menahan hawa nafsu tibalah kaum muslimin di hari yang fitri. 

Semua ummat muslim di seluruh dunia merayakannya dengan penuh kebahagian.

Hal ini dikarenakan telah berhasil berjuang menahan hawa nafsu dan menahan lapar dan haus di bulan Ramadhan.

Mungkin masih banyak yang belum tahu tentang apa itu hari raya Idul Fitri. Kapan pertama kali dilaksanakaan hari raya tersebut.

Sebelum kita ikut merayakan Hari yang juga biasa disebut dengan lebaran ini, ada baiknya kita mengetahui sejarah dan kapan pertama kali dilakukan hari kemenangan tersebut.

Ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri disyari'atkan pada tahun pertama bulan hijriyah, namun baru dilaksanakan pada tahun kedua Hijriyah.

Baca: Tips Tetap Sehat Setelah Puasa Sebulan dan Makan Opor Ayam Tanpa Terserang Sakit

Baca: Konsumsi Makanan Berikut Agar Tetap Sehat Saat Lebaran

Baca: Aneka Makanan Saat Lebaran Memang Enak, Tapi Harus Waspada Dampaknya Bagi Kesehatan

Sejarah Hari Raya

Sebelum ajaran Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw di Makkah, masyarakat Jahiliyah Arab sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan.

Kaum Arab Jahiliyah menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta-pora. Selain menari-nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga merayakan hari raya dengan bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan.

’Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno,’’ tulis Ensiklopedi Islam.

Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Daud dan Nasai)

Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul mengutip sebuah hadits dari Abdullah bin Amar:

"Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ’’Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah).

Jika merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari raya.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved