Debat Pilpres
Beda Debat Pilpres Amerika Serikat dan Indonesia Yang Lebih Menjunjung Adat Sopan Santun
Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) Indonesia dengan Debat Pilpres yang dilakukan di Amerika Serikat, ternyata memiliki perbedaan yang sangat jauh
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) Indonesia dengan Debat Pilpres yang dilakukan di Amerika Serikat, ternyata memiliki perbedaan yang sangat jauh.
Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam menjelaskan Debat Pilpres di Amerika Serikat hanya menjunjung soal substansi dan isi dari visi dan misi, sedangkan pada Debat Pilpres 2019 Indonesia putaran pertama kemarin, menjunjung soal high context culture atau adat sopan santun.
"Di indonesia bergantung pada visi misi dan konteks budaya serta sopan santun. Biasanya yang hanya menjatuhkan itu malah tidak mendapat elektoral, jika Debat Pilpres di Amerika Serikat siapa yang bisa menjatuhkan lawan, maka dia akan mendapat electoral," ujar Surokim
Baca: 6 Tahun Jadi Tukang Cukur Langganan Presiden: Sekali Bayar Bisa Hidupi Kelurganya selama Sebulan
Baca: Seorang Pria di Manado Tikam Ayah Tirinya Pakai Gunting
Dia pun menilai jika Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga mempunyai karakter masing-masing dalam berdebat.
Dari Jokowi-Ma'ruf Amin lebih unggul high context culture atau fatsun budaya timur, sedangkan Prabowo-Sandiaga kurang dalam high context culture. Namun, Surokim masih melihat ada beberapa hal yang tidak biasa dalam Debat Pilpres 2019 putaran pertama.
"Pak Jokowi saat debat tampak bukan seperti dirinya, karena terlihat kaku dan berbeda, selain itu KH Ma'ruf Amin panggung bicaranya masih minimalis," ujar Surokim.
Baca: Maia Estianty Dapat Kado Ulang Tahun dari Irwan Mussry, Hanya Satu Biji Harganya Rp 1,2 Miliar
Baca: Sabrina Aulia Nisa Beri Perhatian kepada Iklim dan Energi
Baca: BPBD Minta Tetap Waspada Meski Hingga Saat Ini Belum Ada Laporan Bencana di Kotamobagu
Surokim juga melihat, masih ada beberapa titik lemah dari Prabowo, namun pasangan Capres nomor urut dua itu masih bisa ditambal oleh impresi Sandiaga Uno.
"Pak prabowo yang kurang adalah soal kontekstual high context culture, Sehingga sulit mendapat insentif electoral, untungnya mas Sandi bisa menutup celah itu," bebernya.
Baca: Gunung Soputan Berstatus Siaga, Ini Imbauan PVMBG!
Baca: Pembunuhan Ayah Tiri di Kairagi, Pelaku Sempat Lari ke Bitung hingga Ditangkap di Kuburan
Surokim menyarankan, di debat Pilpres putaran selanjutnya, kedua pasangan Capres bisa menutupi kekurangan tersebut agar mendapatkan suntikan insentif electoral.
"Karena debat publik itu menyasar kepada swing dan undecided voter, kalau tidak dimanfaatkan sebaik mungkin, kemungkinan mendapatkan insentif electoral semakin sedikit," pungkasnya.