Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Trump dan Kim Jong Un Direncanakan Kembali Bertemu Akhir Februari

Pengumuman pertemuan itu terjadi setelah Jenderal Kim Yong Chol, tangan kanan Kim, berkunjung ke Washingon pada Jumat (18/1/2019).

AFP/Saul Loeb
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saling berjabat tangan untuk pertama kalinya di Hotel Capella, Singapura, Selasa (12/6/2018). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON DC - Pertemuan lanjutan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un akan terwujud pada akhir Februari 2019 mendatang.

Demikian pernyataan pemerintah AS melalui Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders.

Dilansir AFP Sabtu (19/1/2019), Sanders menuturkan bahwa lokasi pertemuan bakal diumumkan setelahnya, dengan spekulasi merebak Vietnam kandidat tuan rumah.

Sanders melanjutkan, agenda pertemuan tetap terlaksana setelah Pyongyang menunjukkan iktikad baik dengan melepas tiga warga AS pada 2017.

Baca: Presiden Xi Undang Kim Jong Un ke China

Baca: Kunjungi Korea Utara, Risma Bocorkan Kondisi Warga Korut yang Hidup dalam Keterbatasan

"Namun, AS bakal tetap melanjutkan memberi tekanan dan sanksi kepada Korut hingga kami melihat denuklirisasi yang terverifikasi sepenuhnya," papar Sanders.

Pengumuman pertemuan itu terjadi setelah Jenderal Kim Yong Chol, tangan kanan Kim, berkunjung ke Washingon pada Jumat (18/1/2019).

Trump menghabiskan 1,5 jam dengan Kim Yong Chol yang merupakan negosiator nuklir terkenal, yang juga dilaporkan membawa surat lain dari Kim.

Sky News memberitakan, diyakini AS bakal mencoba untuk mendesak Korut agar menyerahkan seluruh senjata nuklirnya pada pertemuan kedua.

Baca: Denuklirisasi Semenanjung Korea Terancam Gagal: AS Tuduh Korut Masih Produksi Nuklir

Baca: 10 Fakta Mengejutkan Korea Utara, Termasuk Kanibalisme Modern

Kim dan Trump pertama kali bertemu di Singapura pada 12 Juni 2018, di mana keduanya menandatangani dokumen berisi kesepakatan Kim melakukan denuklirisasi.

Namun perundingan kedua negara sejak di Singapura menjadi macet setelah AS dan Korut sama-sama memaksakan denuklirisasi menurut mereka.

Kritik mencuat bahwa pertemuan di Singapura tak lebih dari momen berjabat tangan dan berfoto dari kedua pemimpin itu.

Karena itu, mantan Duta Besar AS untuk PBB dan Korut Bill Richardson mengaku skeptis dengan rencana pertemuan kedua tersebut.

Baca: Tanggapan Vatikan atas Undangan Kim Jong Un ke Korea Utara

Baca: Kim Jong Un Terus Buat Bom Nuklir Secara Diam-diam

Richardson menjelaskan, pertemuan kedua baru bisa terlaksana jika salah satu pihak telah melakukan sesuatu yang bersifat signifikan.

Dia mengkhawatirkan jika ternyata Korut yang berkomitmen melaksanakan denuklirisasi nyatanya belum melakukan apapun.

"Saya ingin melihat bukti nyata bahwa mereka (Korut) telah melakukan sesuatu. Saya tidak ingin pertemuan kedua hanya kembali jadi ajang foto-foto," tegasnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved