Pingsan 3 Hari Terobos Hutan Belantara: Kisah Korban Selamat Penembakan KKB di Nduga
Empat warga Nduga melarikan Simon Tandi dan Joni Pariangan melewati hutan belantara.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, TENGGARONG - Empat warga Nduga melarikan Simon Tandi dan Joni Pariangan melewati hutan belantara. Butuh tiga hari waktu berjalan melintasi hutan Kabupaten Nduga, Papua. Dalam pelariannya, Joni sempat dibopong karena pingsan dan kehabisan tenaga.
Sementara Simon terus menjaga stamina dengan semangat dan doa. Mereka berusaha sekuat tenaga menjauhi kematian, sampai mukjizat datang.
“Saya ingat wajah istri dan anak-anak saya, saya bilang sama Tuhan. Ambil saya jika memang Tuhan menghendaki, namun selamatkan saya, jika keluarga saya masih membutuhkan,” ungkap Simon, saat dihubungi melalui saluran telepon seluler, Sabtu (8/12).
Sebelumnya diberitakan, kelompok bersenjata di Papua, Sabtu (1/12), membunuh 20 orang Kabupaten Nduga. Korban terdiri dari 19 pekerja yang sedang mengerjakan proyek jembatan Kali Yigi-Kali Arak di Jalur Trans Papua. Seorang korban lagi merupakan personel TNI.
Simon dan Joni dua dari 12 korban selamat. Dalam peristiwa ini, 16 orang korban tewas telah diidentifikasi, dan diusung pulang ke rumah keluarga. Satu korban meninggal bernama Samuel Pakiding, adalah tetangga Simon di Jalan Tengko Suturu, RT 25, KM 5 Bukit Sion, Jahab, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sementara lima ornag lainnya dalam pencarian.
Keempat warga Papua yang menyelamatkan Simon dan Joni tak henti-hentinya memberi semangat pada Simon dan Joni. Mereka bahkan sempat membuat tandu untuk Joni dan menggendongnya. Kala itu, Simon sangat terharu. Dia percaya, Tuhan sedang menyelamatkan hidupnya.
“Saya melihat kebaikan Tuhan ada dalam tubuh empat putra daerah yang menyelamatkan kami. Mereka adalah orang-orang baik,” katanya.
Mereka berjalan selama tiga hari di dalam hutan. Untuk bertahan hidup, mereka memakan daun-daunan hutan dan pakis liar. Jika bertemu sungai, mereka singgah untuk minum dan beristirahat. Beruntung mereka tidak bertemu hewan buas selama perjalanan.
Pada Rabu siang (5/12) tiba di pos penjagaan TNI Mbua. Petugas jaga langsung mengamankan Simon dan Joni, sementara dua dari empat putra daerah yang menyelamatkan mereka memutuskan kembali ke Nduga.
“Ketika sampai di pos, hati saya langsung lega, saya masih hidup. Saya menyaksikan kebesaran Tuhan. Saya peluk Pak Joni, saya segera kabarkan pada keluarga, saya masih hidup,” ungkapnya.
Simon menandaskan, “Saya sungguh menyaksikan mukjizat Tuhan, saya masih hidup saat ini. Ketika mereka membantai teman-teman saya, saya hampir menyusul mereka. Beruntung, melalui warga setempat, Tuhan menyelamatkan saya.”
Kepada aparat keamanan, Simon menjelaskan mereka tidak pernah membuat onar selama bekerja. Ketika KKB merayakan kemerdekaannya, seluruh pekerja libur dan beristirahat di dalam camp. Tidak ada pekerja yang memotret kegiatan KKB, semua tidur di camp. Hanya Simon dan Joni yang pergi untuk ibadah Natal.
“Dari Sabtu pagi itu, mereka memang sudah teriak-teriak mencari masalah. Kami masih ke dalam camp dan istirahat. Kami tidak ada memfoto kegiatan mereka, kami tahu kondisi itu akan berbahaya untuk keselamatan kami,” katanya.
Disinggung mengenai rekan-rekannya yang tewas tertembak, Simon mengaku sangat menyesal. Apalagi, satu korban bernama Samuel Pakiding adalah tetangganya di Jalan Tengko Suturu, RT 25, KM 5 Bukit Sion, Jahab, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
“Saya sangat sedih kehilangan mereka, apalagi Samuel adalah teman sekaligus tetangga saya. Dia masih muda, tapi sangat baik,” ujarnya.
