Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kerusuhan, Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Perbatasan AS-Meksiko

Sekitar 500 migran yang sudah berada di gerbang menendang pagar, dan memaksa pasukan Patroli Perbatasan menembakkan gas air mata.

Editor:
kompas.com
Para migran berlari menyelamatkan diri dari gas air mata yang ditembakkan polisi perbatasan Amerika Serikat-Meksiko Minggu (25/11/2018). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kawasan perbatasan Amerika Serikat ( AS)- Meksiko di San Diego sempat ditutup setelah terjadi kerusuhan.

Diwartakan CNN Minggu (25/11/2018), kerusuhan tersebut dipicu ratusan orang migran yang mencoba merangsek masuk ke gerbang San Ysidro.

Sekitar 500 migran yang sudah berada di gerbang menendang pagar, dan memaksa pasukan Patroli Perbatasan menembakkan gas air mata.

Baca: Istana Windsor, Tempat Kediaman Pangeran Harry dan Meghan Markle Setelah Memiliki Anak

Tembakan itu membuat sejumlah migran berlari menjauh dan berteriak, termasuk di antaranya keluarga yang membawa anak kecil.

Dalam keterangan resminya, Badan Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai mengatakan ada migran yang melemparkan benda asing ke polisi.

"Petugas Perlindungan Perbatasan terpaksa menembakkan gas air mata demi melindungi keselamatan anggota," demikian pernyataan mereka di Twitter.

Baca: Farah Quinn Harus ke Salon Langganan di Amerika Hanya Untuk Potong Rambut?

Keterangan mereka diperkuat ucapan Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen yang menyatakan penegak hukum AS bakal mengadili para pelaku.

Sky News memberitakan, migran yang kebanyakan berasal dari Honduras membentengkan spanduk bergambar bendera AS dan Honduras

"Kami bukanlah kriminal! Kami adalah pekerja internasional," demikian sorakan yang dikumandangkan oleh para migran tersebut.

Buntut dari kericuhan itu, Washington seperti dikutip AFP sempat mengumumkan penutupan kawasan perbatasan yang dicabut beberapa jam kemudian.

Baca: Rencana AC Milan Rampok Chelsea, 3 Pemain Jadi Incaran

Menteri Dalam Negeri Meksiko Alfonso Navarrete menuduh migran yang berada di Tijuana mencoba menerobos masuk dengan cara kekerasan.

Meski begitu, dia menegaskan tidak akan mengerahkan militer untuk menangani migran. "Kami akan memulai proses mendeportasi mereka," ujar Navarrete kepada Milenio.

Insiden kerusuhan itu terjadi setelah Presiden Donald Trump mengancam bakal menutup perbatasan jika anggotanya ada yang terluka atau situasi sudah tak terkendali.

Baca: Isu Roh Jahat Menyebar di Whatsapp, Walikota Kolombia Berlakukan Jam Malam

Wali Kota Tijuana Juan Manuel Gastelum Buenrostro dalam unggahan di Facebook menyatakan tak bakal menyediakan fasilitas publik bagi migran.

Dia meminta Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto untuk mengurus mereka karena dia telah menegaskan tak bakal membayar para migran.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved