Ditinggal Anak Bunuh Diri, Oma Paulintje Hidup Sebatang Kara Hingga Bangun Makam Anak dari Memulung
Oma Paulintje Kalinggang hidup sebatang kara karena ditinggal sang anak yang bunuh diri, hingga bangun makam anak dan suaminya dari hasil memulung
Penulis: Arthur_Rompis | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Arthur Rompis
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pukul 4 subuh. Suhu masih dingin. Apalagi di kelurahan Tumumpa Satu, Lingkungan 5, Kecamatan Tuminting, Manado yang berada di ketinggian.
Di saat semua orang masih lelap, meringkuk dalam selimut, Oma Paulintje Kalinggang (73), sudah memulai aktivitasnya sebagai pemulung.
Dengan gerak yang sudah lambat, dirinya menuruni kawasan perbukitan lewat tangga kecil yang melingkar lingkar.
Medan yang berbahaya itu, dengan lantai tangga yang kadang licin jika hujan serta jurang yang curam di kiri kanan,diterabas Oma dengan berani, sambil ia kadang-kadang mendendangkan lagu rohani.
Oma hidup hidup sebatang kara. Suaminya sudah lama meninggal.
Sang anak satu-satunya meninggal dengan cara tragis yakni gantung diri pada pertengahan tahun lalu.
Ia mengongkosi diri dengan menjadi pemulung. Setiap hari Oma menempuh perjalanan sekira lima kilometer di seputaran Kecamatan Tuminting untuk mencari botol plastik.
Ditemui Tribun Manado Kamis (15/11) sore di rumahnya, Oma nampak agak letih.
Ia mengaku mencari plastik sampai siang dengan rute yang lebih panjang.
"Biasanya sekira 5 kilo tapi ini sampai 7 kilo, maklum agak susah cari botol plastik," kata dia.
Di usianya yang sudah uzur itu, bicara Oma masih jelas, pendengaran masih baik dan ingatannya masih kuat.
Beber Oma, penghasilannya per hari hanya berkisar 10 ribu rupiah.
"Uang itu saya gunakan untuk makan dan derma di ibadah," kata dia.
Oma mengaku tak mudah baginya untuk memulung.