Bisnis Asuransi: Mengejar Premi Lewat Sentuhan Jari
Industri asuransi dan internet punya nasib bak langit dan bumi. Di 2017, utilitas asuransi hanya mencapai 11,81%.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID - Industri asuransi dan internet punya nasib bak langit dan bumi. Di 2017, utilitas asuransi hanya mencapai 11,81%. Artinya tak sampai 12 dari seratus orang Indonesia yang sudah menggunakan asuransi. Di saat yang sama separuh dari jumlah penduduk negeri ini sudah menjadi pengguna internet.
Tingginya penggunaan internet oleh masyarakat akhirnya mendorong pelaku asuransi makin melirik kanal digital sebagai alternatif pemasaran. Banyak perusahaan asuransi yang kini berlomba dalam menggunakan saluran digital untuk berjualan. Ada yang membangun platform sendiri, maupun bekerja sama dengan perusahaan lain.
Ambil contoh PT Asuransi Astra Buana yang baru-baru ini merilis kanal happyone.id untuk berjualan secara digital. Chief Executive Officer Asuransi Astra Rudy Chen mengakui persaingan di industri asuransi dewasa ini sudah makin ketat. Asuransi Astra ikut bermain di kanal digital sebagai salah satu solusi pemasaran.
Selain karena penetrasi dari internet yang tinggi, Rudy melihat komposisi demografis Indonesia memang punya potensi untuk dimaksimalkan melalui pemasaran digital.
Sudah bukan rahasia lagi bila negeri ini punya porsi penduduk usia produktif yang besar. Sebagian besar adalah kalangan milenial yang sudah sangat akrab dengan gadget.
"Dalam lima sampai sepuluh tahun lagi segmen ini bakal makin besar," kata dia.
Namun mendorong penetrasi dengan memanfaatkan kanal digital adalah bukan perkara mudah. Toh tetap dibutuhkan kegiatan marketing serta edukasi yang tidak bisa dilakukan secara sepintas lalu. Apalagi, bila berbicara tentang asuransi yang belum banyak masyarakat paham.
Perseroan pun memilih untuk tak memasang target terlalu ambisius. Dengan produk yang relatif lebih sederhana, nilai premi yang dikenakan pada nasabah pun memang cenderung lebih kecil ketimbang saluran lain. Karenanya dalam tiga tahun ke depan, sumbangan premi dari kanal tersebut baru diharapkan mencapai 5% dari total premi yang bisa dikantongi perusahaan.
Walau secara nominal masih mini, namun penjualan produk asuransi dengan menggunakan kanal digital diklaim tumbuh dengan menjanjikan.
Seny Filemon, CEO
PT Futuready Insurance Broker bilang rata-rata polis yang dijual melalui perusahaannya mampu tumbuh 70% tiap bulan. Sendy menilai masih ada pekerjaan rumah yang mesti dibenahi.
Salah satu yang paling krusial adalah soal regulasi. Soalnya belum ada aturan yang tegas mengatur soal perizinan pihak-pihak bisa yang memasarkan asuransi lewat saluran digital ini.
Soal ini, Deputi Komisioer Pengawas IKNB II OJK Moch. Ichsanuddin mengakui pihaknya masih butuh kajian yang lebih komprehensif. Karena di sisi lain industri dan regulator pun masih punya pekerjaan rumah lain untuk meningkatkan penetrasi asuransi.
Salah satu yang perlu dikaji adalah keberadaan dan peran aggregator sebagai pihak ketiga yang bisa menjalin kerjasama dengan perusahaan asuransi. "Asal jangan sampai aggregator bisa menutup polis seperti layaknya agen asuransi," ungkap Ichsanuddin.

Pabrikan Otomotif Terus Dorong Ekspor
Produsen otomotif terus mendorong penjualan ekspor. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pertumbuhan ekspor kendaraan hingga September 2018 mencapai 64,67 juta. Jumlah itu tumbuh 9,3% dibandingkan September 2017 sebanyak 59,19 juta unit.