HUT ke 73 TNI
HUT TNI - Kisah Pasukan Infiltran TNI AL Mampu Taklukkan Kapal Perang & Pesawat Tempur Belanda
Ketika pasukan TNI AL melancarkan misi penyusupan ke Irian Barat dalam Operasi Trikora (1962) melalui laut, pasukan Belanda
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ketika pasukan TNI AL melancarkan misi penyusupan ke Irian Barat dalam Operasi Trikora (1962) melalui laut, pasukan Belanda yang ternyata mengetahui operasi yang sebenarnya rahasia itu segera melakukan penghadangan.
Patroli kapal perang dan pesawat tempur AL Belanda menjadi semakin gencar seiring dengan kegiatan infiltrasi yang dilancarkan oleh Komando Mandala.
Meskipun sejumlah upaya infiltrasi gagal dan banyak pasukan RI yang tertawan oleh pasukan Belanda, tak ada kata pantang mundur bagi para prajurit Komando Mandala.
Dua hari kemudian Kepala staf (Kas) Brigif-2 menugaskan Peleton-2 Speed boat untuk mendaratkan Kompi Nussy di Pulau Missool, Raja Ampat, Irian Barat yang berbatasan dengan laut Seram.
Misi pasukan Kompi Nussy adalah untuk melancarkan perang gerilya sekaligus mengikat kekuatan militer Belanda agar terpusat di suatu tempat.
Persiapan untuk mengangkut pasukan yang akan diberangkatkan pada saat malam hari pun segera dilakukan.
Misi penyusupan pasukan pada malam hari itu meskipun terlindung oleh gelapnya malam rawan dihadang oleh pesawat patroli dan kapal-kapal perang Belanda yang berpatroli nyaris 24 jam.
Hari berikutnya, sekitar pukul 19.15 WIT, dengan menggunakan tiga speed boat yang terbuat dari bahan fiberglass dan dinamai Puntodewo, Sadewo, serta Nakulo, operasi untuk mendaratkan infiltran pun dimulai.
Baca: HUT TNI - Inilah Marinir, si Hantu Laut yang Mematikan, Digembleng Bak Petinju & Bertarung Senyap
Dipimpin langsung oleh Dan Ton-2 Ki Speed boat, Calon Perwira (Capa) Djamran Hasan, tiga speed boat segera disiapkan.
Tiga speed boat yang merupakan kapal angkut cepat tidak bersenjata itu mengangkut 99 anggota Kompi yang dipimpin Nussy sendiri. Tujuan pendaratan infiltrasi Kompi Nurssy adalah kampung We di pulau Missool dekat gunung Adola.
Penduduk di kampung We diyakini masih pro Indonesia dan dapat diandalkan untuk membantu dukungan logistik pasukan.
Makanan pokok berupa sagu masih mudah didapat sehingga sesuai rencana jika logistik yang dibawa habis, pasukan gerilya bisa memanfaatkan pohon-pohon sagu yang banyak tumbuh di pulau Missol.
Tiga perahu cepat penuh pasukan pun segera melaju membelah laut di tengah kegelapan malam.
Semua pasukan diperintahkan bersiaga dan mengarahkan moncong senapan ke arah depan dan siap siaga menghadapi segala kemungkinan.
Baca: HUT TNI - Kisah Heroik Kostrad Terus Lari Hampiri Lawan hingga 1 Meter di Moncong Senapan Musuh
Tapi dalam perjalanan, setelah melewati perairan perbatasan salah satu speed boat, Puntodewo mengalami kerusakan pada salah satu mesinnya.