Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bidik Untung Tinggi Menjelang Pemilu

Tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama masa pemilihan umum (Pemilu), diprediksi bakal kembali terulang

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
IHSG Menguat 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Tren kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama masa pemilihan umum (Pemilu), diprediksi bakal kembali terulang di pemilu 2019 nanti. Beberapa saham emiten akan tertopang pertumbuhannya selama musim pemilu tersebut.
Salah satu perusahaan riset sekuritas asing, yakni Macquarie, menyebutkan dalam tiga Pemilu terakhir, IHSG cenderung bergerak positif. Secara umum, kinerja indeks bahkan outperform terhadap indeks negara berkembang atau emerging market saat musim pesta demokrasi.

Dalam riset disebutkan, keuntungan terutama diperoleh investor yang membeli saham enam bulan sebelum pemilu. Adapun potensi kenaikan harga saham-saham tersebut mencapai 7%-39%.

Macquire mencatat, saham-saham yang menarik dilirik saat musim Pemilu nanti antara lain BBCA dan UNVR. Kedua saham ini memiliki potensi upside hingga 15%. Kedua saham tersebut dinilai memiliki kualitas baik dan pemimpin di sektor masing-masing.
Selain itu, ada ADRO, INKP, ITMG, UNTR dan INCO yang memiliki potensi kenaikan 36%. Emiten-emiten tersebut banyak melakukan ekspor sehingga akan diuntungkan pelemahan rupiah.
Harga saham BBNI, LPPF dan EXCL juga berpeluang naik hingga 45%. Valuasi saham-saham tersebut dinilai sudah cukup murah.
Bisa cicil beli

Analis Kresna Sekuritas William Mammudi mengungkapkan, secara historis memang indeks mengalami reli pada tahun-tahun Pemilu. Umumnya, peningkatan tersebut dipicu saham blue chips.
Menurut dia, saham-saham yang masuk indeks LQ45 berpotensi bergerak positif. "Jadi memang ada potensi upside di pemilu 2019 nanti," kata William, Kamis (13/9).

Meski belum memastikan seberapa besar potensi kenaikan indeks tahun depan, jika berkaca dari rata-rata kenaikan tahun sebelumnya, peluang kenaikan mencapai 15%. Sedangkan untuk 2018, diperkirakan ada return negatif sekitar 8% secara year to date (ytd). "Jadi bisa outperform tahun depan," jelas William.
William menilai saham perbankan dan konsumsi cukup baik. Apalagi, kapitalisasi pasar IHSG saat ini lebih banyak ditopang dua sektor tersebut.

Dengan melihat berbagai potensi tersebut, William juga merekomendasikan investor untuk masuk jangka panjang. Sedangkan untuk trading, menurut dia saat ini bukan waktu yang tepat, lantaran volatilitas cukup tinggi. "Kalau untuk disimpan sampai akhir 2019, saham-saham tersebut bisa cicil beli dari sekarang hingga akhir tahun," saran dia.
Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, saham-saham yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi menarik dilirik jelang pemilu. Terutama emiten yang bisnisnya bakal terpengaruh belanja pemerintah.

Contohnya, saat Asian Games 2018, sektor telekomunikasi mengalami peningkatan hingga 3-4 kali lipat. Kondisi tersebut menurut Aditya juga berlaku pada pelaksanaan Pemilu tahun depan. "Belanja pemerintah akan ada di sektor komunikasi, konsumsi dan perbankan. Saham yang valuasinya murah ada prospek untuk naik," kata Aditya.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai, ada beberapa saham menarik dibeli untuk menghadapi pemilu tahun depan. Menurut dia, saham BBCA dan UNVR berpeluang untuk mencetak kenaikan harga hingga 15%. Sedangkan saham ADRO, ITMG dan INCO memiliki peluang naik hingga 20%..

Meski begitu, Aditya menilai dengan kondisi pasar saat ini yang sedang tertekan, investor juga bakal menghadapi risiko penurunan harga bila masuk berburu saham saat ini. Wajar saja, analis memperkirakan pasar saham saat ini masih akan tertekan, seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah.

DYAN Optimistis Laba Bersih Bisa Tumbuh Mencapai 188%

Dengan kinerja selama semester I-2018 yang cukup baik, PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) optimistis bisnisnya bakal positif. Berbekal kenaikan penjualan, laba kotor hingga laba bersih, DYAN memasang target yang cukup tinggi untuk kinerja akhir tahun.

Sepanjang semester I-2018, DYAN mencatat kenaikan penjualan 14,66% menjadi Rp 485,05 miliar. "Laba operasional naik 250% dengan laba bersih meningkat 200% dari periode yang sama tahun sebelumnya," kata Adrian Herlambang, Direktur DYAN, Kamis (13/9).

Lini bisnis event & exhibition organizer berkontribusi paling besar, yakni sebesar 67%. Disusul bisnis supporting event 13%, venue owner and hall management 12%, dan hotel/property 8%.
Demi menjaga performa, DYAN menyiapkan sejumlah strategi. Pertama, mengembangkan pameran yang sudah dipegang setiap tahunnya dan terus mencari peluang untuk menggelar pameran baru.

Kedua, mengembangkan lini entertainment, serta berinovasi mencari klien-klien baru ataupun event di industri yang berbeda. Ketiga, efisiensi dan pengendalian biaya di berbagai aspek di seluruh unit bisnis dan pengembangan bisnis baru, digital agency.
Di bisnis digital agency, saat ini DYAN tengah membentuk perusahaan baru bernama Underlined. Perusahaan baru ini diharapkan akan menjadi one-stop solution untuk kebutuhan digital dari para klien, baik perorangan maupun korporasi, dari segi strategi dan pengelolaan dalam menghadapi era digital.

Dengan strategi bisnis yang sudah dirumuskan tersebut, emiten ini memprediksi kinerja keuangan di akhir tahun nanti bisa makin meningkat. Perseroan ini antara lain berharap bisa mencetak peningkatan penjualan 6,7% menjadi Rp 918,89 miliar. Laba kotor ditargetkan meningkat 23,61% menjadi 267,95 miliar.
Sedangkan dari sisi bottom line, proyeksi akhir tahun diharapkan laba bersih dapat meningkat sebesar 188% menjadi Rp 26,43 miliar.

Pergerakan IHSG
Pergerakan IHSG (kontan)
Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved