Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ingat dengan Raeni si Anak Tukang Becak yang Jadi Wisudawati Terbaik, Begini Keadaanya Sekarang!

Seperti halnya investasi, terdapat bekal yang harus ditanamkan untuk menghasilkan something in return yang optimal...

Editor:
Humas Unnes/Lintang
Hakim Raeni menuju Auditorium Unnes untuk mengikuti wisuda diantar oleh Mugiyono, ayahnya, Selasa (10/6). 

TRIBUNMANADO.CO.ID-Masih ingat dengan Raeni (25) yang pada 2014 lalu dinobatkan sebagai wisudawati terbaik di Universitas Negeri Semarang (Unnes)? 

Ada kabar baik datang darinya. Ia kini sedang mempersiapkan keberangkatannya untuk menempuh pendidikan S3 di University of Birmingham, Inggris. 

Nama Raeni menjadi viral setelah dirinya diantar ayahnya, Mugiono, menggunakan becaknya saat wisuda di Unnes.  

“Alhamdulilah tanggal 19 Januari kemarin baru pengumuman saya mendapatkan beasiswa LPDP, dan bila tidak ada halangan akan berangkat ke Birmingham pada September tahun ini,” ujar Raeni. 

Sebelum ini, Raeni juga mendapatkan beasiswa S2 di University of Birmingham dan lulus pada Desember 2016 lalu. Sekolah setinggi mungkin bagi Raeni adalah bekal menghadapi tantangan di masa depan. 

Seperti halnya investasi, terdapat bekal yang harus ditanamkan untuk menghasilkan something in return yang optimal. 

Apalagi, sejak 1 Januari 2017 Raeni tercatat sebagai dosen di jurusan pendidikan Ekonomi konsentrasi Pendidikan Akuntansi Unnes Semarang. 

Raeni menyadari, bekal riset sangat ia butuhkan, untuk mewujudkannya salah satunya melalui studi S3 tersebut. 

Dalam proses pencarian kampus, pada awalnya Raeni mendaftar di beberapa kampus di beberapa negara.

Akan tetapi, setelah konsultasi, diskusi dan mendapatkan beberapa saran, akhirnya ia menyelesaikan aplikasi pendaftaran di University of Birmingham, tempatnya studi S2. 

Kalau ditanya apakah mendapatkan professor yang sama saat menyelesaikan tesisnya selama S2, jawabannya adalah tidak. Karena saat S2, Professor Raeni berasal dari kampus lain. 

Oleh karena itu, Raeni harus melewati proses wawancara dengan calon professor dan program director S3 hingga akhirnya mendapatkan Unconditional Offer Letter. 

Perjalanannya mencari beasiswa juga tidak mulus. 

“Awalnya saya dinominasikan dalam shortlist beasiswa dari kampus, namun untuk Internasional Student tidak mengcover semua biaya. Jadi saya menyampaikan ke kampus bahwa saya tidak bisa menerima hanya partically funded,” ujarnya. 

Selanjutnya ia mencoba mendaftar Beasiswa Unggulan Dikti dan LPDP, yaitu beasiswa untuk dosen. 

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved