Suka Duka Warga Kawanua Jadi TKI di Luar Negeri, Saat Pulang Anak tak Lagi Kenal
"Awal berangkat sangat berat, karena harus meninggalkan anak usia 1,5 tahun dan suami. Tapi lantaran tuntutan ekonomi keluarga saya pergi."
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
"Tidak tahu yang duluan ke sana siapa, tapi tujuan awal antara Jepang dan Singapura," jelas Jemmy.
Kebanyakan warga yang berangkat ke luar negeri untuk bekerja bermodalkan nekat dan keberanian saja, atau saling mengajak antara teman satu ke teman yang lain, lantaran tidak melanjutkan sekolah ataupun lantaran himpitan ekonomi keluarga.
"Sebab kalau di luar negeri kan gajinya lebih besar dari Indonesia," ujarnya.
Ada beberapa negara yang menjadi tujuan mereka untuk bekerja di antaranya Singapura, Macau, Hong Kong, Brunei Darussalam, Jepang, Cina, Korea, Australia, Kuwait, dan Amerika.
Hal tersebut kemudian terjadi terus menerus, diperkirakan hampir tiap tahun ada saja warga Kiawa yang berangkat ke LN untuk mengadu nasib menjadi TKI.
Mereka bekerja ke luar negeri ada yang melalui jalur resmi, tapi banyak juga yang melalui jalur ilegal.
Danni Assa, warga Kiawa yang pernah bekerja Brunei Darussalam mengatakan, bahwa saat itu pergi bersama beberapa teman-temannya yang lain melalui jalur legal. "Kami pergi tahun 1998 memang untuk bekerja di bengkel," jelasnya.
Belly Suak juga menceritakan saat ia berangkat ke Korea Selatan pada tahun 2005 dan bekerja di pabrik baja.
"Saya pergi ke Korea dengan teman-teman melalui agen di Manado, sebab di kampung tidak hendak melanjutkan kuliah, jadi saya ke luar negeri, dan di sana saya bekerja di pabrik baja," jelasnya.
Namun baru setahun dirinya bekerja di sana, terjadi krisis yang membuatnya harus dikeluarkan dari perusahaan tempatnya bekerja.
"Di sana memang ada tempat khusus untuk pekerja ilegal, dan biasanya perusahaan lebih suka pakai pekerja ilegal dan menggajinya tinggi, lantaran keahlian yang dimiliki daripada pekerja baru," jelasnya.
Di Korea Selatan ia beberapa kali berpindah kerja lantaran ganji yang diberikan kadang tidak sesuai dengan perjanjian kerja.
"Biasanya mereka bodohi kita lantaran kurang kuasai bahasa, makanya kita harus pintar-pintar," jelasnya. Petualangannya di Korea pun berakhir tahun 2010 dan pulang ke Indonesia.
Catatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa merupakan 'penyumbang' terbanyak TKI di Sulut. Kemudian secara berturut-turut Kabupaten Minahasa Tenggara, Minahasa Utara, dan Tomohon.
Banyaknya TKI asal Minahasa membuat Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Manado memilih Desa Sendangan Sonder menjadi Desa TKI. Awalnya Kiawa yang akan jadi Desa TKI tersebut, namun kemudian urung.