Berita Viral
Akhirnya Terungkap, PM Jepang Ternyata Hanya Tidur Dua Jam Sehari, Pernah Panggil Ajudan Jam 3 Subuh
Pengakuan itu muncul tak lama setelah ia memanggil para ajudannya untuk rapat pada pukul 3 dini hari.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, kembali menjadi sorotan.
Ia mengungkap bahwa dirinya hanya tidur 2–4 jam setiap hari.
Pengakuan itu muncul tak lama setelah ia memanggil para ajudannya untuk rapat pada pukul 3 dini hari, hanya beberapa jam sebelum sidang anggaran dimulai.
Baca juga: Daftar Atlet Hapkido Kontingen Bitung Peraih Medali Emas, Perak dan Perunggu di Porprov Sulut 2025
Tindakan ekstrem tersebut langsung memicu perdebatan publik, terutama di negara yang sudah lama dihantui masalah kelelahan kronis dan budaya kerja berlebihan yang memicu kasus karoshi kematian akibat bekerja terlalu keras.
Pernyataan Takaichi soal pola tidurnya yang sangat minim membuat publik kembali menyoroti tekanan tinggi dalam dunia politik dan pemerintahan Jepang.
Ia mengaku kebiasaan tidur hanya 2–4 jam per hari sudah berlangsung cukup lama, terutama saat mempersiapkan agenda-agenda penting negara.
Namun, keputusan memanggil para ajudan untuk rapat pukul 03.00 dini hari dianggap mencerminkan budaya kerja yang tak sehat budaya yang selama ini menjadi masalah serius di Jepang.
Banyak warganet dan pengamat menilai tindakan tersebut justru memperburuk stigma bahwa pejabat publik harus bekerja tanpa mengenal waktu.
Di tengah upaya pemerintah Jepang mendorong reformasi jam kerja dan kesehatan mental, pengakuan sang perdana menteri ini memunculkan kembali pertanyaan besar: apakah pemimpin negara seharusnya menjadi contoh dalam menjaga keseimbangan hidup, atau justru menormalkan kerja ekstrem?
Pengakuan Takaichi dan kontroversi rapat pukul 3 pagi
Pernyataannya itu disampaikannya dalam sidang komite legislatif ketika ditanya soal penanganan jam kerja panjang di Jepang.
"Saya tidur sekitar dua jam sekarang, paling lama empat jam. Ini mungkin buruk untuk kulit saya," kata Takaichi pada anggota parlemen, dikutip dari The Independent, Jumat (14/11/2025).
Ia sebelumnya dikritik karena memanggil para adudan ke kantor pada pukul 3 pagi untuk mempersiapkan sidang anggaran enam jam kemudian.
Media Jepang menjuluki pertemuan tersebut sebagai “sesi studi pukul 3 pagi”.
Kontroversi semakin meningkat karena Jepang sedang berjuang mengubah budaya perusahaan yang menuntut kerja panjang dan bersosialisasi dengan rekan kerja hingga larut malam.
Kasus karoshi telah menjadi perhatian besar dan dikaitkan dengan sejumlah kematian pekerja dalam beberapa tahun terakhir.
Pengakuan Takaichi bahwa ia berniat terus bekerja usai menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang juga memicu sorotan baru.
Ia bahkan mengaku belum pindah ke kediaman resminya karena mesin faks yang macet membuatnya harus bolak-balik untuk meninjau dokumen pada dini hari.
Mantan PM Yoshihiko Noda menyebut rapat dini hari itu sebagai tindakan yang berlebihan.
"Baik-baik saja baginya untuk bekerja, tetapi dia seharusnya tidak melibatkan orang lain," ujar mantan PM Yoshihiko Noda.
Anggota parlemen lain juga memperingatkan bahwa ritme kerja semacam itu dapat berdampak buruk pada kesehatan Takaichi.
Budaya kerja lembur di Jepang
Diketahui, pemerintahan Takaichi dilaporkan tengah mempertimbangkan kenaikan batas lembur nasional.
Rencana itu memunculkan kekhawatiran bahwa pekerja akan semakin terbebani untuk bekerja lebih lama.
Takaichi menegaskan, kebijakan apa pun akan tetap memprioritaskan kesehatan para pekerja.
"Jika kita dapat menciptakan situasi di mana orang dapat menyeimbangkan tanggung jawab pengasuhan anak dan pengasuhan dengan baik sesuai dengan keinginan mereka, dan juga dapat bekerja, menikmati waktu luang, dan bersantai, itu akan ideal," tuturnya.
Sejumlah pakar dan anggota parlemen oposisi mempertanyakan apakah kebiasaan kerja Takaichi sendiri sejalan dengan komitmennya terhadap keseimbangan hidup dan pekerjaan.
Beberapa mengaku khawatir terhadap kondisi kesehatan perdana menteri yang kerap tampil dengan kantung mata terlihat jelas.
Diketahui, Jepang memiliki rata-rata tidur yang lebih rendah dibandingkan banyak negara industri lain.
Sebuah studi menunjukkan, orang Jepang rata-rata hanya tidur 7 jam 1 menit pada hari kerja, dikutip dari The Guardian, Jumat (14/11/2025)
Takaichi sendiri menghadapi jadwal yang padat sejak menjabat pada akhir Oktober 2025.
Ia hadir dalam KTT ASEAN di Malaysia, menjamu Donald Trump dalam kunjungan kenegaraan, dan bertemu Xi Jinping pada KTT APEC di Korea Selatan.
Ketegangan geopolitik baru dengan China terkait pernyataannya soal Selat Taiwan dikhawatirkan membuat ritme kerja dan jam tidurnya semakin berkurang.
-
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca berita lainnya di: Google News
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini
| Viral Video Wanita Semarang Menangis Usai Tahu Suami Booking Adik Kandungnya: Kamu Dibayar Berapa? |
|
|---|
| Sosok Iptu Suherdi, Kapolsek Sempol yang Ditarik Paksa Masyarakat dari Kantornya, Aktif Lakukan Ini |
|
|---|
| Sosok dr Gia Pratama Putra Viral Cerita tentang Rahim Copot, Awalnya Bercita-cita Jadi Astronot |
|
|---|
| Misteri Sosok Pria Baju Biru Kasus Penembakan di Bakso Aceh, Pelaku Nangis usai Diberi Kode Diam |
|
|---|
| Telan Anggaran Rp 166 Juta, Ini Potret Toilet Sekolah di Sulsel, Kepala Dikbud Sebut Biayanya Wajar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/Perdana-menteri-Jepang-yang-juga-mantan-menteri-dalam-negeri-Sanae-Takaichi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.