Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

BMKG

Terungkap Penyebab Fenomena Siklon Tropis di Indonesia Belakangan Ini, Simak Penjelasan BMKG

Pemanasan global telah meningkatkan suhu laut di Samudra Pasifik dan sekitarnya, menyediakan energi yang cukup untuk pembentukan dan penguatan siklon.

Editor: Alpen Martinus
Kolase TM/Reuters/Bianca De Marchi
CUACA - Ilustrasi pengamatan siklon tropis. BMKG beri penjelasan terkait siklon tropis. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Cuaca di Indonesia belakangan jadi tak menentu, dan sering terjadi badai yang cukup besar.

BMKG pun menjelaskan alasan seringnya Indonesia dilanda badai.

BMKG adalah singkatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Ini adalah sebuah lembaga pemerintah nonkementerian di Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang: 

Baca juga: Waspada! 2 Siklon Tropis Muncul di Sekitar Indonesia Jelang Idul Fitri 2025, BMKG Ungkap Dampaknya

Meteorologi: Ilmu yang mempelajari cuaca, seperti hujan, angin, dan kelembapan.

Klimatologi: Ilmu yang mempelajari iklim, yaitu kondisi cuaca rata-rata dalam jangka waktu yang lebih lama.

Geofisika: Ilmu yang mempelajari fenomena fisik bumi, termasuk gempa bumi dan potensi tsunami. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mendeteksi kemunculan Bibit Siklon Tropis 98B, 92W, Siklon Tropis Ragasa, dan Siklon Tropis Bualoi di sekitar wilayah Indonesia.

Bibit siklon adalah tahap awal pembentukan siklon tropis, yaitu sistem awan dan badai petir yang berputar, tetapi belum memiliki ciri-ciri siklon tropis seutuhnya.

Bibit siklon, atau yang disebut juga tropical disturbance, adalah cikal bakal badai besar yang berpotensi menyebabkan angin kencang, hujan deras, dan gelombang tinggi di lautan.

Pada Selasa (23/9/2025), Siklon Tropis Ragasa terpantau di Laut China Selatan, tepatnya di barat laut Pulau Luzon.

Siklon ini memiliki kecepatan angin maksimum mencapai 105 knot atau sekitar 195 km/jam dengan tekanan udara minimum 915 hPa. Dengan intensitas tersebut, Ragasa masuk kategori 4 dalam klasifikasi siklon tropis.

Kemudian pada Jumat (26/9/2025), Siklon Tropis Bualoi terdeteksi berada di sekitar wilayah Indonesia. Sistem ini berstatus kategori 3 dengan pergerakan ke arah barat-barat laut, menjauhi wilayah Indonesia.

Meskipun tidak langsung melintasi Indonesia, kemunculan bibit dan siklon tropis tersebut tetap berdampak pada cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi.

Lalu, mengapa akhir-akhir ini Indonesia kerap dikepung siklon tropis dengan kekuatan yang cukup besar?

Indonesia kerap dikepung siklon tropis dengan kekuatan cukup besar

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, fenomena meningkatnya siklon tropis di wilayah Indonesia belakangan ini, termasuk yang berkekuatan kategori 2–4, disebabkan oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan.

Pertama, kata dia, disebabkan karena suhu permukaan laut yang menghangat.

"Siklon tropis terbentuk ketika suhu permukaan laut mencapai minimal 26,5 derajat Celsius hingga kedalaman sekitar 60 meter," kata Guswanto kepada Kompas.com, Jumat (26/9/2025).

Ia menambahkan, pemanasan global telah meningkatkan suhu laut di Samudra Pasifik dan sekitarnya, menyediakan energi yang cukup untuk pembentukan dan penguatan siklon.

Kemudian, faktor kedua disebabkan oleh perubahan iklim global.

"BMKG menyebutkan bahwa perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, termasuk siklon tropis. Fenomena ini membuat badai tropis lebih sering muncul dan bisa lebih kuat dari biasanya," jelas Guswanto.

Adapun faktor ketiga dipengaruhi oleh pergeseran musim dan pola atmosfer.

Guswanto menyampaikan, siklon tropis biasanya muncul di wilayah utara Indonesia antara September–November dan di wilayah selatan antara November–April.

Selain itu, pergeseran musim dan pola angin serta tekanan atmosfer turut memicu pembentukan siklon di luar pola normal.

"Fenomena ini menunjukkan bahwa Indonesia, meskipun secara geografis tidak ideal untuk siklon tropis karena pengaruh gaya Coriolis yang lemah, kini semakin rentan akibat dinamika iklim yang berubah," ujarnya.

Guswanto mengungkapkan, meskipun pusat siklon jarang melintasi langsung wilayah Indonesia, tapi dampaknya tetap terasa.

Beberapa di antaranya adalah hujan ekstrem yang dapat memicu banjir bandang, gelombang tinggi di perairan Indonesia, angin kencang yang berpotensi merusak infrastruktur, serta gangguan pada transportasi laut dan udara.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com 

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado, Threads Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved