Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Filipi 1:12-26, Reformasi dan Pelayananku

Standar kehidupan seorang yang sudah mengalami reformasi batiniah, memang sangat berbeda dengan orang yang sekedar beragama secara lahiriah.

Penulis: Alpen Martinus | Editor: Alpen Martinus
HO
ALKITAB: Ilustrasi Alkitab 

Ringkasan Berita:1.Renungan harian Kristen Filipi 1:12-26
 
2.Standar pelayanan dalam kehidupan Paulus, telah menjadi acuan bagi banyak orang dari masa ke masa.
 
3.Takkan pernah ada reformasi dalam hidup dan pelayanan seseorang, tanpa kehadiran Sang Reformator Agung

TRIBUNMANADO.CO.ID - Renungan harian Kristen kali ini berjudul reformasi dan pelayananku.

Bacaan Alkitab diambil dalam Filipi 1:12-26.

Renungan diambil dalam moment of inspioration LPMI. 

Baca juga: Renungan Harian Kristen Filipi 1:3-11, Reformasi dan Pengetahuanku

Firman Tuhan : Filipi 1:12-26 “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.” (Fil. 1:20).

Standar kehidupan seorang yang sudah mengalami reformasi batiniah, memang sangat berbeda dengan orang yang sekedar beragama secara lahiriah.

Banyak bukti tentang ini, seperti yang terlihat pada beberapa reformator gereja Tuhan, mulai dari Martin Luther, Calvin, Zwingly, sampai pada Philip Melancthon, Martin Bucer dan lain-lainnya.

Pada saat yang tepat (abad 16), Allah memanggil mereka untuk melayani, dengan melakukan perubahan dan pembaharuan bagi gereja-Nya, yang mulai menyimpang ke jalan yang salah.

Tentu saja mereka memiliki standar kehidupan yang dianugerahkan oleh Roh Kudus, secara khusus.

Paulus yang juga sebagai seorang reformator di abad pertama, bukanlah seorang pribadi mediokritas, tetapi seorang yang punya prioritas tinggi dalam rangka pelayanan bagi Kristus yang dikasihinya.

Kerinduan dan harapannya, agar hidupnya, atau pun matinya tidak mempermalukan nama Tuhan yang mulia itu.

Woodrow Kroll menulis, “When we draw our final breath, the question will not be who we are but who we’ve been. Not how much we’ve got, but how much we’ve given.

Not if we’ve won, but if we’ve run. Not if we were a success, but if we were a servant.”

Benar sekali apa kata Kroll, bahwa saat kita menarik nafas terakhir, pertanyaan bukan pada “siapa kita”, tetapi “siapa kita selama ini.”

Bukan berapa banyak yang sudah kita peroleh, tetapi berapa yang sudah kita berikan.

Bukan jika kita sudah menang, tetapi seberapa jauh kita sudah berlari. Juga bukan ketika kita menjadi seorang yang sukses, tetapi tatkala kita menjadi seorang hamba.”

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved