Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Proyek Irigasi di Bolsel

Warga Harap Pihak Berwenang Menindaklanjuti Dugaan Penyimpangan Proyek Irigasi Rp 1,8 M di Bolsel

Proyek JIAT yang dilaksanakan di Desa Tolondadu II, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolsel Sulawesi Utara diduga ada penyimpangan.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
Dok: Warga
DISOROT WARGA: Proyek Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) yang dilaksanakan di Desa Tolondadu II, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara. Menuai sorotan tajam dari warga setempat 

Ringkasan Berita:
  • JIAT, yang merupakan proyek yang merupakan bagian dari program prioritas pemerintah pusat di sektor pertanian  diduga dikerjakan asal-asalan.
  • Sejatinya, proyek JIAT ini dilaksanakan secara swakelola di beberapa titik.
  • Total anggaran dalam proyek ini mencapai Rp 7,2 miliar. Dari total dana itu, sekitar Rp1,8 miliar dialokasikan untuk titik Tolondadu II.

 

 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sorotan tajam dari warga tertuju pada proyek Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) yang dilaksanakan di Desa Tolondadu II, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Sulawesi Utara

Diduga, proyek yang merupakan bagian dari program prioritas pemerintah pusat di sektor pertanian ini diduga dikerjakan asal-asalan.

Ditambah lagi diduga menyimpang dari mekanisme perencanaan yang telah ditetapkan.

Sejatinya, proyek JIAT ini dilaksanakan secara swakelola di beberapa titik.

Yakni Desa Tolondadu di Bolsel, serta Desa Guaan dan Moat di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim).

Total anggaran dalam proyek ini mencapai Rp 7,2 miliar. 

Dari total dana itu, sekitar Rp1,8 miliar dialokasikan untuk titik Tolondadu II.

Di mana pengerjaannya mencakup pekerjaan pengeboran, pembangunan rumah pompa, pemasangan jaringan, boks, hingga instalasi solar cell.

Sebelum pelaksanaan, pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) I Sulawesi Utara melakukan sosialisasi.

Di mana BWS I menegaskan bahwa proyek ini akan dikerjakan secara swakelola dengan melibatkan masyarakat lokal melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air Tanah (P3AT).

Kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik — proyek tidak dikerjakan oleh kelompok masyarakat, progresnya mandek, dan sejumlah prosedur dianggap diabaikan

Pelaksana Teknis BWS I Sulut, Stevano Krista, saat dikonfirmasi, mengakui bahwa pengeboran di Tolondadu II gagal karena debit air yang ditemukan sangat rendah.

“Untuk mengairi 10 hektare sawah, dibutuhkan debit minimal 10 liter per detik, sementara di Tolondadu hanya sekitar satu liter,” jelas Stevano.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved