TRIBUNMANADO.COM, MANADO - Warga Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), tetap hobi ngopi.
Tapi ada yang berubah dari cara mengkonsumsinya.
Ngopi tak lagi harus di rumah kopi, tapi bisa di jalanan.
Perilaku ini ditandai dengan munculnya pedagang kopi keliling.
Kopi dijajakan berkeliling menggunakan sepeda motor listrik yang membawa gerobak.
Pembeli dapat menikmati secangkir kopi dengan duduk di pinggir jalan, bisa di kursi yang disediakan atau di trotoar.
Ngopi dengan cara ini tentu asyik karena membawa aktivitas ngopi lebih dekat dengan pahit dan manis kehidupan serta modern sekaligus elegan.
Dengan kemasannya yang baik, kopi bisa juga dibawa pulang dan ngopi di rumah.
Tribunmanado.com menjumpai Aldo Piri, seorang penjual kopi keliling yang mangkal di depan Bank Mandiri Pasar 45, Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Selasa (26/8/2025).
Kala didatangi, Aldo tengah melayani seorang pria.
Pembeli itu tampaknya sudah langganan karena interaksi keduanya yang akrab.
"Itu salah satu langganan," katanya.
Usaha kopi yang dijual Aldo bernama Kana Kopi.
Modalnya sepeda motor listrik dengan gerobak kopi pada bagian depannya berwarna dasar kuning.
Aldo dipayungi oleh payung yang melekat pada kotak itu.
Pemuda Gen Z asal Minsel ini jualan pukul 08.00-20.00 Wita.
"Ada rute saya jualan, di sini saya jualan sampai pukul 13.00 Wita, kemudian pindah rute lagi dan terakhir di seputaran pasir putih Jalan Pierre Tendean," katanya.
Menurut Aldo, bahan-bahan kopi sudah diracik ahli dari perusahaan.
Ia tinggal menambah es batu dan susu.
"Jadi sangat mudah," kata dia.
Kopi Aldo laris manis.
Dalam sehari ia biasa menjual kopi hingga 100 gelas.
"Rata-rata segitu," kata dia.
Aldo selalu tersenyum, namun tidak demikian jika hujan.
"Saat itu agak kurang, karena yah ini ka semuanya minuman dingin," katanya.
Awal mula Aldo jualan kopi adalah keinginan untuk hidup.
Pemuda ini memang pekerja keras.
Begitu lulus SMK di Minsel ia langsung bekerja.
Sempat bekerja di supermarket dan koperasi, ia lantas beralih jadi penjual kopi.
"Zaman sekarang kalau anak muda gengsi tak bisa makan," kata dia.
"Daripada ke Kamboja," kata Tribunmanado.com.
Ia tertawa mengiyakan.
Karier Aldo tak langsung mulus, di awal jualan ia sempat alami kesulitan.
"Tapi saya tetap bersemangat hingga akhirnya enjoy," kata dia.
Menurut Aldo, uang hasil keringatnya sebagian dikirim ke orang tua, sebagian lagi ia pakai biaya hidup.
"Saya kos di Manado," kata dia.
Baca juga: Lirik Lagu Gaskan Lah - Dek Aroel, Ding Dang Ding Dang Hatimu Telah Kuhadang
Baca juga: Harga Daging Babi Terbaru di Amurang Minahasa Selatan Naik Lagi, Dijual Segini
Daftar Menu kopi jualan Aldo
1. AmeriKana Rp 8 ribu
2. Kimmy Latte Rp 10 ribu
3. Palm Sugar Rp 12 ribu
4. Butter Scotch Rp 14 ribu
Non-kopi
1. Captain Murgan Rp 10 ribu
2. Soklat Lumer Rp 12 ribu
Menu Spesial
1. Kana Spesial Rp 14 ribu
Kisah Rani
Penjual kopi jalanan mulai marak di Kota Manado.
Mereka dapat ditemui di sejumlah lokasi ramai dengan gaya yang sangat khas.
Menggunakan sepeda motor, payung, dan nyaris semua penjualnya dari Gen Z.
Rumah kopi jalanan ini membawa sensasi mewah kafe ke jalanan.
Rasanya enak tak kalah dengan rasa restoran, dan murah.
Kemunculannya langsung mendapat tempat di hati masyarakat Manado.
Salah satu penjualnya adalah Rani Sengkey.
Ia menjual Kopi Harapanku.
Gadis cantik berusia 20 tahun ini ditemui Tribunmanado.com saat menjajakan dagangannya di depan
BRI dekat Gereja Sentrum, beberapa waktu lalu.
Cuaca kala itu terik, tapi Rani tak peduli.
Ia menjajakan dagangan dengan sabar dan penuh ketekunan.
"Harus sabar dan tekun," katanya.
Rani sudah lima bulanan bekerja menjual kopi.
Sebelumnya ia sempat kerja di mall.
"Saya jualan kopi karena saya suka bekerja," kata dia.
Rani cepat beradaptasi.
Baca juga: Breaking News: Kecelakaan di Langagon Bolmong, Anak 6 Tahun Jatuh dari Motor dan Terlindas Tronton
Baca juga: Kecelakaan Maut, Seorang Pemuda Tewas, Motor Rem Blong
Banyak yang membeli kopinya.
Selain rasa, gaya Rani yang supel dan ramah menjadi daya tarik.
"Banyak yang jadi langganan kopi saya, dari pekerja kantoran hingga polisi," katanya.
Ucapannya bukan isapan jempol.
Wawancara sempat terhenti setelah ada warga yang membeli kopinya.
Seorang warga parkir di tepi jalan yang sesak itu demi membeli kopi Rani.
Kopinya laris mànis, cuan pun mengalir.
"Uang ada yang saya kirim ke orang tua di Minsel untuk biayai adik yang masih sekolah," kata dia.
Suka duka terjadi dalam pekerjaan Rani.
Sukanya saat banyak pembeli, dukanya saat hujan.
Banyak pula pria yang iseng minta nomor WA.
"Tapi saya tetap bekerja," kata dia.
Satu lagi motivasinya bekerja adalah menjadi berkat bagi orang lain.
Ia sering ikut pelayanan di gereja.
"Saya ingin jadi berkat bagi orang lain," kata dia.
Rani mengimbau anak muda untuk tidak malu dan gengsi bekerja keras di usia muda demi iman
dan orang yang dicintai.(*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado, Threads Tribun Manado, Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.