Kayu yang digunakan biasanya ringan namun cukup padat, seperti kayu telur, wenuang, atau sejenisnya.
Kolintang biasanya dimainkan secara ansambel dan digunakan untuk mengiringi berbagai acara adat, tari, nyanyian, dan pertunjukan musik.
Penjelasan Lebih Lanjut:
Bentuk dan Susunan:
Kolintang terdiri dari beberapa bilah kayu yang disusun berderet di atas sebuah rak atau kotak kayu. Bilah-bilah kayu ini memiliki panjang dan ketebalan yang berbeda-beda, yang menentukan nada yang dihasilkan saat dipukul.
Cara Memainkan:
Kolintang dimainkan dengan cara memukul bilah-bilah kayu tersebut menggunakan dua buah stik pemukul yang disebut mallet.
Fungsi:
Kolintang memiliki fungsi beragam, tidak hanya sebagai alat musik pengiring, tetapi juga sebagai media komunikasi dan ekspresi budaya masyarakat Minahasa.
Nilai Budaya:
Kolintang memiliki nilai budaya yang tinggi dan menjadi bagian penting dari warisan budaya takbenda Indonesia, seperti yang dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Asal Usul:
Kolintang dipercaya berasal dari desa To Un Rano, yang sekarang dikenal sebagai Tondano, Minahasa.
Jenis Kayu:
Kayu yang digunakan untuk membuat kolintang adalah kayu lokal yang ringan namun kuat, seperti kayu telur, wenuang, cempaka, dan waru.
Nama Kolintang:
Nama "Kolintang" diperkirakan berasal dari bunyi yang dihasilkan alat musik ini, yaitu "tong" untuk nada rendah, "ting" untuk nada tinggi, dan "tang" untuk nada tengah (ndo)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.