Kemenag Sulut

FMPS Sulut Audiensi ke Kemenag, Suarakan Keprihatinan Atas Intoleransi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KUNJUNGAN - Kunjungan Forum Musyawarah Pentakosta Solidaritas (FMPS) Sulawesi Utara dipimpin Ketua FMPS Victor Antono ke Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Utara (Sulut), Selasa (19/8/2025). Kunjungan ini bukan sekadar silaturahmi, melainkan sebuah audiensi penuh makna. 

MANADO - Suasana hangat penuh keakraban terasa di Aula Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Utara (Sulut), Selasa (19/8/2025) ketika Kepala Kanwil Kemenag Sulut H. Ulyas Taha didampingi Kabid Urusan Kristen, Pdt. Meidie Tasik menerima kunjungan Forum Musyawarah Pentakosta Solidaritas (FMPS) Sulawesi Utara dipimpin Ketua FMPS Victor Antono. 

Kunjungan ini bukan sekadar silaturahmi, melainkan sebuah audiensi penuh makna. 

FMPS datang dengan membawa suara nurani menyampaikan keprihatinan mendalam atas berbagai aksi intoleransi yang masih muncul di Indonesia. 

Mereka menegaskan sikap melalui pembacaan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto, Menteri Agama Nasaruddin Umar, serta Kapolri Listyo Sigit Prabowo.

Inti dari surat terbuka tersebut adalah seruan moral agar pemerintah hadir lebih nyata: bertindak tegas terhadap oknum intoleran, sekaligus memastikan pelayanan negara bagi seluruh umat beragama tanpa diskriminasi. 

“Kami meminta negara tidak hanya hadir di atas kertas, tetapi juga dalam tindakan nyata, memberikan rasa adil dan aman kepada semua,” demikian salah satu butir sikap yang disampaikan. 

Menyambut hal itu, Kakanwil Kemenag Sulut H. Ulyas Taha menyampaikan apresiasi yang tinggi. Baginya, kehadiran FMPS adalah wujud nyata kepedulian antarumat beragama di Sulut, sekaligus bukti bahwa masyarakat sipil memiliki peran penting dalam menjaga tenun kebangsaan.

“Saya sangat berterima kasih. FMPS telah menunjukkan empati sekaligus kebijaksanaan dalam menyikapi isu intoleransi. Ini menandakan semangat kebersamaan kita masih kuat,” ujar Ulyas Taha dalam rilis yang diterima Tribun Manado. 

Ia lalu mengingatkan kembali kepada sejarah pendiri bangsa. Menurutnya, para perumus Pancasila dan UUD 1945 pernah menghadapi perbedaan yang jauh lebih fundamental, namun mereka tidak memilih jalan keributan atau kekerasan. 

“Tidak ada demonstrasi, tidak ada kekacauan. Yang ada adalah ketenangan dan kebijaksanaan, hingga lahir konsensus yang mengikat semua pihak. Inilah teladan yang harus kita warisi,” tegasnya.

Audiensi ini menambah catatan penting bahwa Sulawesi Utara, dengan semangat torang samua basudara, tetap konsisten menjadi ruang dialog yang sehat. 

FMPS dan Kemenag sama-sama menekankan bahwa kerukunan tidak boleh berhenti pada slogan, melainkan diwujudkan dalam tindakan dan kebijakan yang melindungi semua warga bangsa.

Dengan berakhirnya pertemuan itu, harapan pun menguat: agar suara moral yang disuarakan dari Manado ini sampai ke telinga pusat, menjadi pengingat bagi pemerintah untuk tidak lengah menjaga kebinekaan. 

Karena di tengah tantangan intoleransi, keadilan dan kebijaksanaan adalah napas utama yang menghidupkan Indonesia. (Advertorial)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado, Thread Tribun Manado, Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Berita Terkini