TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang bayi di Amerika Serikat (AS) menarik perhatian dunia setelah lahir dari embrio yang telah dibekukan lebih dari tiga dekade.
Bayi tersebut diberi nama Thaddeus Daniel Pierce, lahir pada 26 Juli 2025 di Ohio, AS.
Kejadian ini mencatat rekor dunia karena embrio yang menjadi asal-usul kelahiran Thaddeus telah disimpan selama lebih dari 30 tahun sebelum berhasil ditanam dan berkembang menjadi bayi sehat.
Baca juga: Polemik Royalti Lagu Indonesia Raya, PSSI: Berisik dan Buat Gaduh
Bayi tabung, atau In Vitro Fertilization (IVF), adalah proses pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi di luar tubuh wanita, yaitu di dalam laboratorium.
Setelah pembuahan berhasil dan terbentuk embrio, embrio tersebut kemudian ditransfer ke dalam rahim wanita untuk tumbuh dan berkembang hingga dilahirkan.
Proses ini memanfaatkan ilmu kedokteran modern untuk membantu pasangan mewujudkan impian memiliki anak.
Secara alami, kehamilan terjadi ketika sperma bertemu dengan sel telur hingga terjadi pembuahan.
Embrio tersebut pertama kali dibuat dan dibekukan pada 1994, ketika Bill Clinton masih menjabat sebagai Presiden AS, dan era internet, email, serta telepon seluler mulai memasuki kehidupan publik.
Fakta bahwa embrio dapat bertahan hidup dan menghasilkan kelahiran yang sehat setelah penyimpanan puluhan tahun ini menandai kemajuan besar dalam ilmu reproduksi dan teknologi fertilisasi in vitro (IVF).
Kelahiran Thaddeus menjadi simbol kemajuan medis yang memungkinkan kehidupan baru lahir dari masa lalu, sekaligus membuka diskusi tentang batasan waktu dan etika dalam penyimpanan embrio manusia.
Lalu, bagaimana kronologi kejadian lahirnya bayi Thaddeus Daniel Pierce?
Pasutri sulit hamil
Linda Archerd (62) dan suaminya mulanya menjalani program bayi tabung (IVF) pada awal tahun 1990-an.
Mereka menjalani hal itu karena Linda mengalami kesulitan hamil.
IVF adalah jenis perawatan kesuburan di mana sel telur diambil dari ovarium wanita dan dibuahi dengan sperma di laboratorium.
Embrio yang dihasilkan kemudian ditransfer kembali ke dalam rahim. Embrio juga dapat dibekukan dan disimpan untuk digunakan di masa mendatang.
Kisah bermula pada 1994. Saat itu, empat embrio berhasil dibuahi, satu ditransfer ke Archerd dan melahirkan seorang putri, yang kini berusia 30 tahun dan menjadi ibu dari seorang anak berusia 10 tahun.
Sementara, embrio lainnya dikriopreservasi dan disimpan.
Setelah bercerai, Archerd memperoleh hak asuh embrio tersebut dan memutuskan untuk “mengadopsikannya” kepada pasangan Lindsey dan Tim Pierce.
Lindsey mengaku tidak berniat memecahkan rekor dunia, melainkan hanya ingin memiliki anak.
“Kami mengalami persalinan yang sulit, tapi kini semuanya baik-baik saja. Kami takjub bisa memiliki bayi berharga ini,” ujarnya.
Archerd pun terkejut melihat kemiripan Thaddeus dengan putrinya saat bayi, hingga menyebut mereka “tak diragukan lagi bersaudara.”
Transfer embrio dilakukan di klinik kesuburan milik John Gordon, ahli endokrinologi reproduksi.
Ia berprinsip, setiap embrio berhak mendapat kesempatan hidup.
Gordon menegaskan hanya embrio yang ditransfer ke pasienlah yang memiliki peluang menjadi bayi sehat.
Seputar program bayi tabung
Dilansir dari Kompas.com via Live Science, Rabu (13/8/2025), pembekuan embrio merupakan bagian umum dari proses fertilisasi in vitro (IVF) atau bayi tabung.
Dalam metode ini, beberapa sel telur dibuahi, dan embrio yang tidak terpakai dapat dibekukan untuk digunakan di masa depan.
Setiap tahun, ribuan embrio disimpan dalam jangka panjang, dan jumlahnya terus meningkat seiring tingginya permintaan perawatan kesuburan.
Meski begitu, menentukan nasib embrio yang tak terpakai kerap menjadi dilema.
Kebanyajan orang enggan memusnahkan embrio yang telah diciptakan dengan investasi emosional, fisik, dan finansial besar.
Akibatnya, biaya penyimpanan tetap dibayar bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun, setelah perawatan selesai.
Salah satu solusi adalah mendonasikan embrio. Dalam kasus pemecah rekor ini, donasi dilakukan lewat organisasi Kristen bernama Snowflakes, yang memungkinkan pendonor memilih penerima.
Pendonor berusia 60-an tahun ingin memastikan embrio diberikan ke keluarga yang anaknya akan menjadi saudara kandung genetik bagi putrinya yang kini berusia 30 tahun.
Di AS, tidak ada batasan waktu penyimpanan embrio.
Inggris bahkan memperpanjang batas penyimpanan menjadi 55 tahun.
Kondisi ini membuka peluang kelahiran anak dari embrio yang diciptakan puluhan tahun sebelumnya, bahkan ketika pendonor sudah lanjut usia atau meninggal.
Pakar menilai, kasus ini menimbulkan pertanyaan unik soal identitas, sejarah keluarga, dan makna menjadi bagian dari sebuah generasi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
-
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca berita lainnya di: Google News
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini