Kasus Prada Lucky

Akhirnya Terungkap Motif di Balik Kematian Prada Lucky: Pembinaan Prajurit yang Berujung Tragedi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TNI MENINGGAL - Prada Lucky Chepril Saputra Namo merupakan anggota TNI AD yang masuk dalam Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere (Yonif TP 834/WM), Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Akhirnya Terungkap Motif di Balik Kematian Prada Lucky: Pembinaan Prajurit yang Berujung Tragedi

TRIBUNMANADO.CO.ID - Akhirnya terungkap motif kekerasan hingga hilangnya nyawa Prada Lucky.

Dari hasil penyelidikan awal, pihak TNI AD mengungkap bahwa insiden yang merenggut nyawa Prada Lucky berawal dari kegiatan yang disebut sebagai “pembinaan prajurit”.

Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menjelaskan, pembinaan tersebut sejatinya bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan, ketahanan fisik, dan mental prajurit.

Baca juga: 20 Tentara Ditetapkan jadi Tersangka Tewasnya Prada Lucky, Satu Perwira Diduga Dalang Penyiksaan

Namun, di lapangan, kegiatan itu diduga menyimpang dari prosedur dan berubah menjadi tindakan kekerasan fisik.

Alih-alih membentuk karakter dan meningkatkan kemampuan, metode pembinaan yang digunakan justru berujung fatal.

Senior yang terlibat disebut-sebut memberikan “tekanan” berlebihan hingga menyebabkan luka parah pada Prada Lucky.

Kematian tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23), prajurit TNI AD dari Batalyon Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere, Nagekeo, NTT, terus menyingkap fakta-fakta baru yang mencengangkan.

Prada Lucky diduga meregang nyawa setelah mengalami penganiayaan oleh seniornya pada Rabu (6/8/2025). Kasus ini kini menjadi sorotan publik dan tengah ditangani secara serius oleh pihak militer.

Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menjelaskan, peristiwa bermula dari kegiatan yang disebut sebagai “pembinaan prajurit”. Namun, rangkaian kejadian tersebut justru berujung pada dugaan tindak kekerasan yang merenggut nyawa korban.

Berikut kronologi dan perkembangan temuan penyelidikan yang telah terungkap sampai saat ini yang dikutip Tribunmanado.co.id dari Kompas.com:

Motif "Pembinaan"

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengungkap motif di balik dugaan kekerasan yang menewaskan Prada Lucky.

Dia menyebutkan, peristiwa itu berawal dari kegiatan pembinaan prajurit.

“Motif, saya sudah sampaikan semuanya atas dasar pembinaan. Jadi pada kesempatan ini saya menyampaikan bahwa kegiatan ini terjadi semuanya pada dasarnya pelaksanaan pembinaan kepada prajurit," kata Wahyu di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Senin (11/8/2025).

Namun, disayangkan, proses pembinaan tersebut memakan korban jiwa, yaitu Prada Lucky.

Wahyu menjelaskan, pembinaan tersebut dilakukan kepada beberapa personel, termasuk korban, dalam rentang waktu berbeda.

Proses ini melibatkan sejumlah prajurit, sehingga penyidik perlu waktu untuk mengusut peran masing-masing tersangka.

“Tentu kita perlu mendalami beberapa hal yang nanti akan menjadi esensi pemeriksaan terhadap para tersangka. Tapi bisa saya katakan bahwa kegiatan-kegiatan pembinaan prajurit itu yang mendasari suatu hal terjadi pada masalah ini," ujar Wahyu.

Ia menegaskan bahwa kekerasan bukan bagian dari prosedur pembinaan, dan kejadian ini akan dijadikan evaluasi mendalam untuk perbaikan ke depan di satuan operasional.

Perwira Diduga Terlibat

Wahyu juga membenarkan adanya seorang perwira TNI yang diduga terlibat dalam kasus kematian Prada Lucky.

Perwira tersebut diduga dengan sengaja memberi kesempatan kepada bawahannya untuk melakukan kekerasan terhadap Prada Lucky.

Kepada perwira itu disiapkan Pasal 132 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer.

“Jadi, ada Pasal 132. Itu artinya militer yang dengan sengaja mengizinkan seorang bawahan atau militer yang lainnya untuk melakukan tindak kekerasan, itu juga akan dikenai sanksi pidana," kata Wahyu.

Namun, Wahyu enggan membeberkan lebih lanjut soal identitas perwira yang diduga terlibat dalam kasus Prada Lucky ini.

Wahyu mengatakan, ketentuan hukum itu menjadi salah satu dari lima pasal yang disiapkan penyidik untuk menjerat para tersangka.

Penerapan pasal tersebut akan ditentukan setelah pemeriksaan lanjutan terhadap para tersangka selesai.

Total 20 Tersangka

Tim penyidik dari Pomdam IX/Udayana menetapkan 20 personel TNI sebagai tersangka.

Penetapan dilakukan setelah pemeriksaan terhadap saksi dan terduga pelaku.

"Total sekarang ada 20 orang personel, prajurit, yang ditetapkan sebagai tersangka. Untuk yang empat orang ditetapkan sebagai tersangka awal, itu sudah dipindahkan penahanannya di Denpom Kupang," kata Wahyu.

"Empat orang tersangka dilakukan penahanan di Subdenpom IX/1-1 Ende, sebagai berikut: Pratu AA, Pratu EDA, Pratu PNBS, Pratu ARR," ujar dia.

Sementara, penahanan untuk 16 orang tersangka lainnya akan menyusul karena baru selesai diperiksa di Subdenpom IX/1-1.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

-

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Baca berita lainnya di: Google News

WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini

Berita Terkini