TRIBUNMANADO.CO.ID — Tak banyak anak muda yang memilih menjadi guru sebagai jalan hidup.

Apalagi di tengah tantangan dunia pendidikan yang tak ringan.

Namun Cindra Franita Nimot, perempuan asal Desa Babo, Kecamatan Sangtombolang, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, justru menemukan panggilan jiwanya di sana.

Di ruang-ruang kelas tempat ia membentuk karakter dan menanamkan ilmu kepada generasi penerus bangsa.

Lahir pada 7 Oktober 2001, Cindra merupakan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), mengajar di SD Negeri 2 Baturapa.

Sebelumnya, ia sempat menjadi guru honorer di kampung halamannya, SDN Babo, selama satu tahun.

Sebelum akhirnya mengikuti seleksi PPPK umum tahun 2024 dan dinyatakan lulus.

Perempuan berdarah campuran Bolmong dan Sangihe ini menempuh pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, pada Fakultas Tarbiyah, jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

“Waktu itu saya hanya sempat mengajar sebagai honorer selama setahun. Lalu ada pembukaan PPPK umum, saya ikut tes dan alhamdulillah lulus. Rejeki dari Allah,” katanya, Selasa (15/7/2025).

Keputusan Cindra menjadi guru bukan karena dorongan luar, melainkan panggilan hati.

Ia ingin berbagi ilmu, membentuk karakter siswa sejak dini, dan belajar mengatur waktu dengan baik.

“Menjadi guru SD itu tidak gampang. Anak-anak kecil punya karakter yang unik, perlu kesabaran.

Belum lagi urusan administrasi guru yang banyak dan cukup rumit. Tapi saya tetap senang. Ini jalan yang saya pilih,” ucapnya.

Sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, Cindra tumbuh dalam keluarga sederhana namun penuh semangat.

Kini, di usianya yang masih muda, ia telah berhasil mengukir prestasi menjadi ASN PPPK.