"Faktor sekolah favorit yang memiliki nilai lebih di mata orang tua dan calon peserta didik, membuat sistem zonasi sulit diterima secara merata," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa baik pemerintah maupun orang tua memiliki argumen yang patut dihormati.
Meike menilai jalur prestasi yang dibuka pemerintah adalah langkah solutif untuk mengurangi polemik seputar zonasi.
"Hal ini merupakan pekerjaan rumah yang harus terus menerus diusahakan oleh pemerintah dalam meminimalisir kesenjangan prestasi akademis antar sekolah," ucapnya.
Terkait keluhan soal sistem pendaftaran online, Meike justru berpandangan bahwa itu bukanlah isu utama.
"Rasanya tidak ada lagi warga atau peserta didik yang gaptek dalam melakukan pendaftaran online," katanya.
Ia menilai keluhan ini bisa jadi bentuk "kambing hitam", karena sistem online justru menutup celah intervensi langsung ke sekolah.
"Saya setuju dengan sistem online," tegas Meike.
Menurutnya, sistem daring juga membantu mengurangi kepadatan kendaraan di sekitar sekolah saat masa pendaftaran.
Meike juga mengingatkan bahwa sekolah bukan satu-satunya sarana pengembangan potensi anak.
"Pemerintah dan sekolah harus memperkuat layanan akademik dan memberdayakan guru untuk memfasilitasi pembelajaran agar peserta didik berkembang maksimal," ujarnya.
Ia menyebut, kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci penting.
"Kepala sekolah ditantang untuk mengelola unit kerjanya menjadi terdepan dan mampu menarik minat calon peserta didik," pungkas Meike. (Riz)