TRIBUNMANADO.CO.ID - Sulawesi Utara (Sulut) mengalami deflasi 0,79 persen pada Bulan Mei 2025.
Sementara untuk inflasi tahunan (Year to Date/YtD) tercatat 1,20 persen.
Meskipun demikian, inflasi Year on Year (YoY) Sulawesi Utara tercatat sebesar 1,53 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Aidil Adha mengungkapkan, deflasi Bulan Mei merupakan yang terdalam tahun ini.
"Inflasi tertinggi terjadi di Minahasa Utara sebesar 4,12 persen dengan IHK sebesar 113,04.
Sedangkan inflasi terendah terjadi di Manado sebesar 0,55 persen dengan IHK sebesar 106,35 persen," kata Aidil, Senin (2/6/2025).
Dijelaskan, deflasi terjadi karena sejumlah kelompok pengeluaran mengalami penurunan Indeks.
Dilihat dari komoditasnya, sejumlah komoditas menjadi penahan inflasi, yakni cabai rawit; Ikan Selar/Rude; bawang merah; Ikan Malalugis dan Ikan Cakalang.
"Turunnya harga ikan secara umum menyebabkan inflasi.
Hal ini karena cuaca yang lebih bersahabat, nelayan bisa melaut.
Begitu juga dengan harga cabai yang relatif terkendali," katanya.
Sementara itu, sejumlah komoditas utama yang menjadi pendorong inflasi yakni beras; cabai merah; tarif pulsa ponsel, emas perhiasan dan tomat.
"Khusus beras, harganya mulai naik karena masa panen raya di sejumlah daerah telah lewat," jelasnya
Sementara untuk kenaikan harga emas, turut mendorong inflasi karena harga emas dunia dan nasional yang trennya terus naik.
"Saat ini harga emas sudah 3.300 dollar AS per troy ounce," katanya.
Khusus di Sulut, harga emas logam mulia saat ini tercatat di kisaran Rp 1.9 juta per gram.
Sementara itu, tarif pulsa ponsel turut andil pada inflasi karena berakhirnya promo diskon yang diberikan sejak Bulan Ramadan.
Berikut ini Inflasi Sulawesi Utara tahun 2025 (YoY)
Januari -0, 25 persen
Februari -0, 15 persen
Maret 1,41 persen
April 2,27 persen
Mei 1,53 persen
(Tribun Manado/Fernando Lumowa)
Baca Berita Tribun Manado di Google News
WA TribunManado.co.id : KLIK